JAKARTA - Dolar AS kembali melemah terhadap sejumlah mata uang utama lainnya pada akhir perdagangan Jumat (Sabtu pagi WIB), ketika para pelaku pasar lebih menyukai mata uang-mata uang yang terkait dengan sentimen risiko daripada mata uang aman greenback.
Selera terhadap mata uang berisiko dipicu oleh data ekonomi yang lebih baik dari perkiraan dan ekspektasi bahwa paket bantuan virus corona yang diusulkan Presiden AS Joe Biden senilai 1,9 triliun dolar AS akan membuahkan hasil.
Baca juga: Dolar Menguat karena Ekonomi AS Semakin Cerah
“Dolar turun terhadap mata uang lainnya tetapi tidak banyak,” kata, Presiden Bronson Meadows Capital Management Oliver Pursche dilansir dari Antara, Sabtu (20/2/2021).
"Saya memperkirakan dolar berada di posisi sekarang di akhir tahun, dan alasan utamanya untuk itu adalah sementara saya melihat beberapa tanda perbaikan dalam ekonomi, kebijakan moneter akan tetap di tempatnya. Saya tidak berpikir dolar itu underpriced atau overpriced," tambah Pursche.
Baca juga: Dolar Rebound Didongkrak Imbal Hasil Obligasi, Bitcoin Tembus USD50.000
Untuk minggu ini, dolar turun sekitar 0,2% terhadap sekeranjang mata uang dunia, euro relatif datar, dan yen kehilangan lebih dari 0,5%. Namun pound Inggris menguat lebih dari 1,1% terhadap dolar, minggu terbaiknya sejak pertengahan Desember.
Dolar Australia, yang terkait erat dengan harga-harga komoditas dan prospek pertumbuhan global, terakhir naik 1,21% pada 0,7863 dolar AS, menyentuh level tertinggi sejak Maret 2018.