JAKARTA – Rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Mayora Indah Tbk (MYOR) memutuskan membagikan dividen Rp 56 per saham senilai Rp 1,16 triliun. Dividen tersebut setara 55% dari laba bersih perseroan pada 2020 yang tercatat Rp 24,5 triliun.
“Dividen akan dibagikan pada 13 Agustus 2021 kepada pemegang saham yang namanya tercatat dalam Daftar Pemegang Saham (DPS) pada tanggal 4 Agustus 2021,”kata Direktur Keuangan PT Mayora Indah Tbk, Hendrik Polisar di Jakarta, seperti dikutip Harian Neraca, Senin (26/7/2021).
Disampaikannya, pemegang saham menyetujui pembagian dividen dengan total mencapai Rp1,16 triliun. Sebagai informasi, sepanjang tahun 2020 perseroan membukukan penjualan sebesar Rp 24,5 triliun dengan laba bersih Rp 2 triliun. Sementara periode Januari hingga April 2021, perseroan berhasil membukukan penjualan Rp9,8 triliun, atau meningkat 26,5% dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu.
Baca Juga:Â Investor Dapat Cuan, Elnusa Tebar Dividen Rp74 Miliar
“Meski masih di bawah bayang-bayang pandemi, perolehan laba kami relatif stabil apabila dibandingkan periode yang sama. Hal ini disebabkan oleh fluktuasi perolehan laba dari selisih kurs yang tidak sebesar tahun lalu,” kata Hendrik
Hendrik menambahkan, pada tahun ini perseroan menargetkan pertumbuhan penjualan sebanyak 10,3% atau menjadi Rp27 triliun dibandingkan dari realisasi tahun lalu senilai Rp24,47 triliun. Selanjutnya, laba kotor ditargetkan naik 8% menjadi Rp7,88 triliun, laba usaha diperkirakan naik 7,2% menjadi Rp3,03 triliun, dan laba bersih bisa tumbuh 1,9% menjadi Rp2,13 triliun.
“Angka proyeksi ini merupakan angka yang cukup realistis untuk dicapai perseroan,” kata Hendrik.
Baca Juga:Â Pendapatan CGV Anjlok, Bagaimana Nasib Bisnis Bioskop di Masa Covid-19?
Direktur Utama Mayora Indah, Andre Sukendra Atmadja menambahkan proyeksi kinerja perseroan pada 2021 ini memang dibuat konservatif setelah melihat perkembangan pandemi Covid-19 secara global maupun domestik. Dia menunjukkan beberapa negara sudah kembali mengetatkan pembatasan sosial seperti di India dan Indonesia. Bahkan, dil Filipina kini sudah kembali diberlakukan lockdown.
“Melihat pandemi ini kami cenderung konservatif untuk mengatur kegiatan perseroan,” tutur Andre.