NEW YORK - Dolar AS mencapai level tertinggi dalam satu tahun terakhir di perdagangan Selasa (Rabu pagi WIB). Dolar AS menguat di tengah ekspektasi bahwa Federal Reserve akan mengumumkan pengurangan program pembelian obligasi bulan depan.
Di sisi lain, investor tengah kekhawatiran atas melonjaknya harga-harga energi juga mengirim investor ke mata uang aman greenback.
Baca Juga:Â Dolar Bergerak Stagnan Jelang Rilis Data Pekerja AS Hari Ini
Imbal hasil surat utang dua tahun AS melonjak ke level tertinggi dalam lebih dari 18 bulan, karena investor menjual surat utang AS. Hal ini memperhitungkan bahwa lonjakan harga energi akan memicu inflasi dan menambah tekanan pada Fed untuk mengambil tindakan lebih cepat dari yang diperkirakan.
"Fokus saat ini adalah suku bunga obligasi pemerintah. Pasar-pasar kredit sedang mengantisipasi dimulainya tapering, saya kira, pada November," ujar Analis Senior FXStreet, Joseph Trevisani, dikutip dari Antara, Rabu (13/10/2021).
Investor akan mengamati data Indeks Harga Konsumen AS pada Rabu waktu setempat dan data penjualan ritel pada Jumat (15/10) untuk petunjuk lebih lanjut tentang kapan Fed mungkin mulai mengurangi stimulusnya.
"Datanya akan sangat besar," kata Analis Pasar Senior Western Union Business Solutions, Joe Manimbo.
Baca Juga:Â Dolar AS Menguat, Bitcoin Naik hingga 6,27%
"Angka-angka ini akan berbicara tentang prospek inflasi, serta sejauh mana pertumbuhan kuartal ketiga kemungkinan akan melambat. Jadi, jika kita mendapatkan informasi lain tentang inflasi besok, itu akan cenderung memperkuat tapering tahun ini dan mungkin menyebabkan pasar menyempurnakan ekspektasi saat kita bisa melihat kenaikan suku bunga," katanya.
Indeks dolar, yang mengukur greenback terhadap sekeranjang mata uang utama, menyentuh 94,563, tertinggi sejak akhir September 2020.
Follow Berita Okezone di Google News