JAKARTA - Harga minyak anjlok hingga 4% ke level terendah empat minggu pada akhir perdagangan Jumat. Di tengah kekhawatiran bahwa kenaikan suku bunga bank-bank sentral dapat memperlambat ekonomi global dan memangkas permintaan energi.
Dolar AS minggu ini naik ke level tertinggi sejak Desember 2002 terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya, membuat harga minyak lebih mahal bagi pembeli yang menggunakan mata uang lainnya.
Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Agustus terpangkas USD6,69 atau 5,6% menjadi USD113,12 per barel. Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman Juli berkurang USD8,03 atau 6,8% menjadi USD109,56 dolar AS per barel.
Baca Juga: Harga Minyak Brent Naik Tipis Dibanderol USD122/Barel
Itu adalah penutupan terendah untuk Brent sejak 20 Mei dan terendah untuk WTI sejak 12 Mei. Serta persentase penurunan harian terbesar untuk Brent sejak awal Mei dan terbesar untuk WTI sejak akhir Maret.
Untuk minggu ini, Brent turun pertama kalinya dalam lima minggu, sementara WTI turun untuk pertama kalinya dalam delapan minggu.
Tidak akan ada perdagangan AS pada Senin (20/6/2022), karena merupakan hari libur Juneteenth.
Baca Juga: Harga Minyak Anjlok 1% Tertekan Lockdowon China
"Harga minyak mentah jatuh karena dolar menguat, Rusia mengisyaratkan ekspor minyak akan naik, dan karena meningkatnya kekhawatiran resesi global," kata Analis Pasar Senior OANDA, Edward Moya, dikutip dari Antara, Sabtu (18/6/2022).
Para gubernur bank sentral global yang dengan cepat melonggarkan kebijakan moneter selama pandemi untuk menghindari resesi, kini mengetatkannya untuk memerangi inflasi.