Dalam hal pemegang saham tidak melaksanakan HMETD miliknya, maka persentase kepemilikannya atas perseroan akan terdilusi hingga sebanyak-banyaknya 20,49%.
Perseroan berencana untuk menggunakan seluruh dana bersih yang diperoleh dari PUT III, setelah dikurangi biaya-biaya emisi saham, akan digunakan untuk membayar utang.
Di kuartal pertama 2022, EXCL mencatatkan laba bersih sebesar Rp139,09 miliar atau anjlok 56,56% dibandingkan periode sama tahun 2021 yang terbilang Rp320,15 miliar.
Akibatnya, laba bersih per saham dasar dan dilusian turun ke level Rp13 dan sedangkan akhir Maret 2021 berada di level Rp30.
Sementara pendapatan tumbuh 7,9% menjadi Rp6,742 triliun yang ditopang pendapatan data sebesar Rp5,69 triliun, atau tumbuh 9,2% dibanding kuartal I 2021.
Senada, pendapatan jasa telekomunikai lainnya naik 48,31% menjadi Rp353,48 miliar. Sementara pendapatan selain data turun 13,41% menjadi Rp497,08 miliar.
Hal yang sama juga pada pendapatan jasa interkoneksi merosot 18,18% menjadi Rp126,27 miliar.
Kemudian beban perseroan membengkak 12,82% menjadi Rp5,998 triliun, karena beberapa pos mengalami lonjakan. Misalnya, beban penyusutan naik 6,2% menjadi Rp2,56 triliun.
Kondisi yang sama juga dengan beban penjualan dan pemasaran membengkak 38,6% menjadi Rp728,63 miliar. Demikian juga dengan beban interkoneksi dan beban langsung lainnya yang naik 36,6% menjadi Rp466,17 miliar.
(Taufik Fajar)