JAKARTA - 20% bahan baku pembuatan baterai di Indonesia masih di impor. Holding BUMN Pertambangan MIND ID mencatat, produksi baterai ini digunakan untuk kendaraan listrik atau electrical vehicle (EV).
Sementara itu, 80% bahan baku berupa nikel disediakan oleh PT Antam Tbk. Direktur Hubungan Kelembagaan Holding BUMN Pertambangan atau MIND ID, Dany Amrul Ichdan memastikan Antam mampu menyediakan nikel dalam jumlah besar.
Dia merinci bahan baku produksi baterai berasal dari manufakturing lain, misalnya lithium hydroxide. Kebutuhan bahan baku ini mencapai 70.000 ton per tahun. Hanya saja, lithium hydroxide masih di impor dari China, Chile, dan Australia.
Selain itu, ada grafit dengan kebutuhan mencapai 44.000 ton per tahun. Namun, masih diimpor dari dari China, Brazil, dan Mozambik.
"Ketiga ada mangan, sulfat, dan cobalt, itu besarnya masing-masing 12.000 ton per tahun kebutuhan kita, dan ini semua masih impor. Jadi 20% selain nikel itu kita semua masih impor," ungkap Dany saat rapat dengar pendapat (RDP) bersama Komisi VII DPR RI, Senin (19/9/2022).
Ke depan, lanjut Dany, pihaknya perlu menyusun roadmap atau peta jalan terkait kemandirian bahan baku baterai agar Indonesia tidak tergantung pada impor dari negara lain.