Dia menyebutkan, di momen seperti itulah APBN maju sebagai instrumen untuk meng-counter ancaman stabilitas.
Maka di saat seperti itu, APBN disebut counter-cyclical, karena pandemi, siklus ekonomi pun anjlok.
"Orang mau ke sekolah, orang mau bekerja, orang mau ke masjid, ke gereja, ke mall, mau ke airport, semuanya berhenti, makanya ekonominya terjun payung. Di situlah APBN menyangga jatuhnya, dicounter supaya tidak terlalu dalam dan bisa pulih kembali, itu yang kita sebutkan counter-cyclical di tahun 2020, 2021, dan di 2022 ini, desain APBN adalah counter-cyclical," paparnya.
Ketika pandemi dikatakan akan selesai menurut World Health Organization (WHO), muncul krisis baru yaitu kenaikan harga pangan, energi, dan tekanan geopolitik yang meningkat, yang menimbulkan disrupsi supply secara global.
Di situ, terjadi shock, harga pangan dan energi melonjak sangat tinggi.
"Batu bara yang biasanya seharga USD70 dan 80 per ton kini menjadi USD400 per ton, CPO yang tadinya USD700 naik menjadi USD1.700, lebih dari 2 kali lipat, belum harga minyak yang tadinya USD60 per barel menjadi USD105, dan harga-harga lain seperti gandum, nikel, dan yang lainnya naik. Ketika harga komoditas melonjak tinggi, pastinya inflasi juga sangat tinggi," ungkap Sri.
Di saat seperti ini, APBN maju kembali ketika inflasi meninggi. Biasanya dimulai dari sisi moneter, menstabilkan harga melalui demand management.
Tetapi, Sri menyebut bahwa dalam hal ini, moneter dan fiskal harus bekerja sama.
"Inilah kenapa kita menyebut APBN sebagai shock absorber, karena shock yang terjadi di pangan dan komoditas enggak semuanya langsung diteruskan dan disalurkan ke masyarakat (pass through)," sambung Sri.
Sebagian shock yang sedemikian besar itu ditampung oleh APBN, sehingga masyarakat terkena sedikit vibrasinya, seperti kemarin inflasi sempat meningkat untuk beberapa harga, kenaikan harga BBM 30% untuk Pertalite dan Solar.
"Itu masih sedikit, karena shocknya sebagian besar diabsorb oleh APBN, tapi enggak semuanya, retap akan ada yang merembes masuk. Ongkos menjadi shock absorber itu yang akan mempengaruhi APBN," pungkas Sri.
(Zuhirna Wulan Dilla)