BALI - Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral di Asia Tenggara melakukan pertemuan dalam Asean Finance Ministers and Central Bank Governors Meeting (AFMGM) di Bali. Pertemuan ini merupakan lanjutan Keketuaan Indonesia di ASEAN 2023 dalam jalur ekonomi khususnya pilar keuangan.
Deputi Gubernur Bank Indonesia Dody Budi Waluyo menjelaskan Keketuaan Indonesia dalam ASEAN 2023 melanjutkan kepemimpinan sebelumnya dalam Presidensi G20. Di mana peran Keketuaan Indonesia dalam ASEAN 2023 menjadi bagian dari tahapan menuju terciptanya Asean Economic Community (AEC) 2025.
"Jadi nantinya saling terkoneksi, inklusif dan sejahtera pada 2025," ujarnya, Bali, Selasa (28/3/2023).
Pada acara ini Kementerian Keuangan dan Bank Indonesia akan menghadirkan sekitar 24 pertemuan yang meliputi pertemuan utama (mulai tingkat Deputi hingga Prinsipal) dan pertemuan pendukung yang berbalut tema “Discover Indonesia", khususnya mengangkat budaya Sulawesi dan Kalimantan sekaligus menunjukkan giat pariwisata Indonesia.
Beberapa pertemuan utama, antara lain, ASEAN Finance Deputies Meeting (AFDM), ASEAN Central Bank Deputies Meeting (ACDM), ASEAN Finance and Central Bank Deputies Meeting (AFCDM). Kemudian ASEAN Finance Ministers Meeting (AFMM), ASEAN Central Bank Governors Meeting (ACGM), dan ASEAN Finance and Central Bank Governors Meeting (AFMGM).
Dalam rangkaian pertemuan utama tersebut, para delegasi akan menyusun langkah kolektif dan kolaboratif untuk mewujudkan 3 Priorities Economic Deliverables (PEDs), yaitu Rebuilding Regional Growth, Connectivity, and New Competitiveness (recovery rebuilding), Accelerating Inclusive Digital Economy Transformation and Participation (digital economy) dan Promoting Sustainability Economic Growth for a Resilient Future (sustainability).
"Kerangka tersebut diharapkan dapat memperkuat para negara anggota ASEAN dalam menghadapi tantangan ekonomi dunia melalui langkah bersama sebagai pusat pertumbuhan ekonomi dunia atau Epicentrum of Growth," terang Dody.
Sebagai contoh, implementasi dalam pilar Recovery Rebuilding adalah melalui eksplorasi implementasi bauran kebijakan (policy mix) di negara-negara Asean sesuai karakteristik setiap negara mengingat negara-negara Asean relatif memiliki permasalahan ekonomi yang serupa pasca pandemi.
Adapun contoh lainnya adalah upaya mengurangi ketergantungan pada mata uang utama melalui skema Local Currency Transaction (LCT) yang merupakan perluasan dari skema sebelumnya Local Currency Settlement (LCS) yang sudah mulai diterapkan antar negara Asean.
Sementara itu, di bidang keuangan, inisiatif bilateral swap arrangement antara beberapa negara Aseanseperti Indonesia, Malaysia, Singapura, dan Thailand, memiliki makna kerjasama regional yang kuat sebagai bantalan ketahanan keuangan kawasan dan masing-masing negara.