Menurutnya, karena adanya Butterfly Effect ini juga tak menutup kemungkinan bahwa nanti akan adanya pihak lain yang juga ikut terseret.
“Dan tidak tertutup kemungkinan juga terjadi kepada kepala lapas di tempat lain dan lain sebagainya. Termasuk topik-topik yang tengah menjadi perhatian public, pria berseragam, turis asing atau masalah flexing yang dilakukan para tokoh agama atau lainnya,” ujarnya.
Sebab, jika dipahami siklus dari Butterfly Effect yang dipakai pertama kali oleh Edward Norton Lorenz ini, memiliki pola yang berbenrtuk polinomial atau memiliki suku yang banyak.
"Ini adalah variabel-variabel yang banyak sekali, nah Lorenz mengatakan bahwa kita hidup dalam suatu peradaban baru dmn kita harus berpikir non-linier. Karena kurva kupu-kupu itu adalah kurva berbentuk polinomial. Berbentuk bukan linier tapi bentuknya lingkaran. Dia muter-muter nanti dia balik lagi ke titik awal, Itulah yang disebut Butterfly Effect,” terangnya.
Terakhir dia pun mengatakan bahwa tak menutup kemungkinan nantinya jika Butterfly Effect ini, bisa memiliki hubungan lain yang kemungkinan belum pernah kita lihat.
(Zuhirna Wulan Dilla)