Adanya subsidi tersebut membuat pasar dibanjiri oleh telur ayam, sehingga harganya cenderung mengalami penyesuaian atau penurunan.
"Karena begitu itu didistribusikan dan ada Subdisi dari pemerintah, bukan subsidi pakannya ya, kalau Subdisi distribusi itu untuk mencegah harganya tidak terlalu tinggi difase saat ini, pemerintah kami harapkan memberikan subsidi distribusi, biaya angkut ditanggung pemerintah, agar petani dan pedagang tidak terbebani biaya angkut yang tinggi, sehingga barang relatif membanjiri pasar," sambungnya
Jika melihat kasus yang sama pada tahun lalu, kebijakan tersebut menurut Abdullah berhasil memasok 50 ton telur ayam per hari ke pasar tradisional.
Hal tersebut juga berhasil menekan garga telur ayam di pasar pada tahun lalu.
Namun demikian, Abdullah mengaku hingga saat ini belum ada komunikasi dengan Badan Pangan Nasional (NFA) untuk kembali mengambil kebijakan tersebut untuk mengendalikan harga telur yang saat ini mengalami kenaikan.
"Tetapi tahun ini berbeda, mungkin juga karena badan pangan nasional sudah lebih sibuk fasilitasi bansos mungkin, sehingga memperhatikan kondisi pasar kurang dan harga tidak terkendali," pungkas Abdullah.
(Zuhirna Wulan Dilla)