Kurang dari setengah (48%) merasa bahwa atasan mereka akan memberikan kesempatan untuk menerapkan keterampilan karyawan secara efektif dalam lima tahun ke depan.
Hal ini menunjukkan mungkin ada kapasitas yang belum dimanfaatkan dalam tenaga kerja yang ada.
"Manfaat AI semakin dipahami di seluruh wilayah dengan 41% mengatakan akan meningkatkan produktivitas dan efisiensi di tempat kerja, dan 34% memandangnya sebagai peluang untuk mempelajari keterampilan baru," jelasnya.
Namun, 22% kurang percaya diri dengan kemampuan mereka untuk memperoleh keterampilan baru terkait AI.
BACA JUGA:
16% responden percaya bahwa AI akan menggantikan peran mereka. Serta persentase yang sama merasa bahwa AI tidak akan berdampak.
Menurutnya, pekerja di Vietnam, Indonesia, dan India lebih cenderung melihat AI sebagai peluang untuk memperoleh keterampilan baru.
Sedangkan pekerja di Selandia Baru, Australia dan Jepang kurang peduli tentang dampak AI pada prospek pekerjaan mereka.
"Namun, karyawan Indonesia optimis tentang potensi AI dalam karier mereka. Mereka memprioritaskan keterampilan digital, dengan 56% percaya AI akan meningkatkan produktivitas mereka (Asia Pasifik: 41%), dan 51% melihatnya sebagai peluang untuk memperoleh keterampilan baru (Asia Pasifik: 34%)," ujarnya.
30% mengantisipasi peluang kerja baru dari AI (Asia Pasifik: 25%), sementara hanya 8% percaya bahwa AI tidak akan memengaruhi pekerjaan mereka (Asia Pasifik: 16%).
Selain itu, 71% menganggap keterampilan digital penting untuk karier mereka (Asia Pasifik: 59%).
Industri seperti teknologi, media dan telekomunikasi, serta jasa keuangan, melihat potensi terbesar untuk peningkatan produktivitas melalui AI.
Sebaliknya, karyawan di kesehatan dan pemerintahan dan sektor publik mengungkapkan keyakinan terbesar bahwa AI tidak akan menggantikan peran mereka.
(Zuhirna Wulan Dilla)