Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Jokowi Anggarkan Ketahanan Pangan Rp108,8 Triliun di 2024, Cukup?

Cahya Puteri Abdi Rabbi , Jurnalis-Rabu, 16 Agustus 2023 |17:58 WIB
Jokowi Anggarkan Ketahanan Pangan Rp108,8 Triliun di 2024, Cukup?
Presiden Jokowi saat pidato RAPBN dan Nota Keuangan 2024. (Foto: YouTube)
A
A
A

“Kalau tidak salah, untuk program ini saja bisa sampai memakan anggaran Rp44 triliun,” kata Khudori dalam keterangan resminya, Rabu (16/8/2023).

Kemudian, alokasi terbesar kedua masih terkait dengan sarana dan prasarana pertanian termasuk jaringan irigasi, bendungan, embung, dan subsidi pupuk.

Sejauh ini, lanjut Khudori, pemerintah telah mengklaim membangun sekian embung, bendungan, dan jaringan irigasi. Adapun, infrastruktur itu dibangun untuk memastikan, salah satunya, ketersediaan air. Namun, Khudori menilai bahwa klaim tersebut belum sejalan dengan peningkatan produksi pangan.

 BACA JUGA:

“Ini karena sejumlah hal. Misalnya, bendungan sudah dibangun, tapi jaringan irigasi yang memanfaatkan air dari bendungan ini belum ada. Akhirnya, air yang ditampung di bendungan tidak termanfaatkan dengan baik,” ujar Khudori.

Demikian pula dengan subsidi pupuk. Sampai saat ini, Khudori bilang, dampaknya belum maksimal karena tidak bisa dipastikan subsidi pupuk itu benar-benar tepat sasaran dan dinikmati petani. Karena itu, selain alokasi anggaran diperbesar yang tidak kalah penting adalah mengevaluasi aneka anggaran ketahanan pangan itu bagaimana efektivitasnya.

“Hal ini untuk memastikan sumbangan alokasi anggaran itu pada peningkatan produksi pangan dan kesejahteraan petani,” tutur Khudori.

Lebih lanjut, dalam konteks untuk menambah lahan pangan, food estate adalah langkah yang bisa dimaklumi. Khudori menjelaskan bahwa lahan pangan yang ada saat ini jumlahnya kecil. Sawah misalnya, hanya ada 7,46 juta hektare.

Dalam konteks untuk secara gradual mengalihkan basis produksi pangan dari Jawa ke luar Jawa, food estate adalah langkah yang harus diambil. Sebab, menumpuk aneka produksi pangan penting di Jawa pada akhirnya akan berhadapan dengan fakta bahwa lahan pertanian terus dikonversi.

Ihwal food estate, Khudori menyebut belum ada yang berhasil hingga saat ini. Hal itu dikarenakan food estate dilakukan serampangan, mulai dari perencanaan hingga eksekusi di lapangan.

“Ini perlu waktu, perlu teknologi tertentu, perlu tenaga lapangan yang cukup dan cakap, dan lainnya. Karena selain lahan bukaan baru, lahan-lahan lokasi food estate itu lahan kelas 2, kelas 3, bahkan 4. Tingkat kesuburannya jauh lebih rendah dari lahan2 di Jawa,” kata Khudori.

Khudori menambahkan, melalui program food estate dapat membangun fondasi yang benar dan baik untuk menambah lahan pangan, maupun secara gradual memindahkan basis produksi pangan dari Jawa keluar Jawa.

(Zuhirna Wulan Dilla)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement