Selain itu, survei PMI zona euro menunjukkan pada hari Senin bahwa permintaan terus menyusut dengan kecepatan yang jarang dilampaui sejak data pertama kali dikumpulkan pada tahun 1997.
Dari sentimen internal, berakhirnya periode pemulihan pasca pandemi di Tiongkok, kenaikan suku bunga oleh Federal Reserve Amerika Serikat (AS), lemahnya sektor semikonduktor dan permintaan domestik menggambarkan prospek pesimis bagi perekonomian ASEAN, termasuk Indonesia.
Namun, di tengah perlambatan ekonomi global, pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) kuartal terakhir Indonesia masih cukup menjanjikan.
“Sedangkan perlambatan pada pertumbuhan akan semakin terlihat pada kuartal ketiga 2023 meskipun pertumbuhan PDB pada kuartal sebelumnya cukup baik," kata dia.
Indonesia diprediksi akan tumbuh 5,1% di tahun ini, konsisten dengan tren historis pertumbuhan sebelumnya.
Setelah itu, perlambatan ringan ke angka pertumbuhan 4,7% dapat terjadi di tahun depan jika meninjau adanya hambatan eksternal, yaitu dampak pengetatan moneter yang masih berlanjut.
BACA JUGA:
Pertumbuhan yang lebih lambat di kuartal III-2023 diperkirakan terjadi karena beberapa alasan.
Didasari pada pemulihan ekonomi Tiongkok pasca pandemi yang melambat, sehingga menyebabkan perkiraan pertumbuhan konsensus diturunkan dengan cepat.
Hambatan utama terhadap pertumbuhan adalah sektor ekspor yang merosot turun pada tahun lalu dan masih dalam tren penurunan yang serius.
Sebagian besar perlambatan ini disebabkan oleh pergeseran permintaan global dari barang ke jasa.
Sementara komposisi permintaan eksternal diperkirakan akan mulai normal pada paruh kedua tahun ini, permintaan secara keseluruhan cenderung cukup baik.
Indonesia saat ini memiliki salah satu suku bunga riil tertinggi di kawasan Asia Tenggara.
Pengetatan moneter yang masih berlanjut diharapkan akan memberikan tekanan lebih lanjut dalam beberapa kuartal mendatang.
Dampaknya tidak hanya akan terasa pada investasi, terutama di sektor konstruksi, tetapi juga pada pinjaman rumah tangga, yang dapat berdampak pada konsumsi swasta.
Ini adalah tantangan utama yang perlu diatasi untuk menjaga pertumbuhan ekonomi yang stabil.
Berdasarkan sentimen diatas, mata uang rupiah untuk perdagangan besok diprediksi bergerak fluktuatif dan cenderung ditutup kembali melemah di rentang Rp15.570 - Rp15.630.
(Zuhirna Wulan Dilla)