Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Di Luar Ekspektasi, Inflasi AS Naik ke 3,5%

Dinar Fitra Maghiszha , Jurnalis-Kamis, 11 April 2024 |08:06 WIB
Di Luar Ekspektasi, Inflasi AS Naik ke 3,5%
Inflasi AS Naik di Luar Ekspektasi. (Foto: Okezone.com)
A
A
A

JAKARTA - Amerika Serikat (AS) mencatat laju inflasi 3,5% year-on-year (yoy) pada Maret 2024. Angka ini lebih tinggi dari perkiraan 3,4% yoy.

Inflasi inti (Core Inflation) yang tidak termasuk komponen pangan dan energi juga meningkat 3,8%, dari estimasi 3,7% yoy.

Secara bulanan, inflasi AS memanas 0,4% month-on-month (MoM), lebih tinggi dibandingkan ekspektasi 0,3%, sementara inflasi inti bulanan mencapai 0,4% MoM.

Kenaikan inflasi disebabkan harga bahan bakar yang lebih mahal, ditambah biaya properti yang kian membengkak. Terjadi juga peningkatan harga di sisi sandang dan pangan.

Angka inflasi yang tinggi dinilai para analis dapat memaksa bank sentral atau Federal Reserve untuk mempertahankan level suku bunga saat ini menjadi lebih lama.

Sejatinya suku bunga yang tinggi membuat biaya pinjaman menjadi lebih mahal, sehingga diharapkan dapat menekan konsumsi, agar terjadi penurunan harga.

Namun jika suku bunga tinggi dibiarkan terlalu lama, maka hal ini berisiko memicu perlambatan ekonomi yang parah, bahkan resesi.

Suku bunga Fed Rate saat ini merupakan level tertinggi dalam lebih dari dua dekade, pada kisaran 5,25%-5,5%. Sebelumnya analis memperkirakan bank akan mulai menurunkan biaya pinjaman tahun ini, yang mencerminkan fakta bahwa tingkat inflasi, yang mengukur laju kenaikan harga, telah turun secara signifikan sejak mencapai 9,1% pada tahun 2022.

Namun data ekonomi baru-baru ini, termasuk angka penciptaan lapangan kerja yang kuat pada minggu lalu, telah menimbulkan keraguan mengenai seberapa cepat pemotongan tersebut akan dilakukan.

Para analis, yang pernah memperkirakan penurunan suku bunga lebih cepat pada bulan Maret, telah erevisi perkiraan mereka. Banyak dari mereka tidak memperkirakan penurunan suku bunga hingga akhir musim panas ini, justru diperkirakan berlangsung tahun depan, melansir BBC, Kamis (11/4/2024).

“Apa yang dilakukan The Fed kemungkinan besar akan menentukan keputusan para bankir sentral di seluruh dunia, kata Neil Birrell, kepala investasi di Premier Miton Diversified Funds.

“The Fed sedang menghadapi masalah yang harus diselesaikan dan jika bank sentral lain menunggu tindakan The Fed, mereka kini menghadapi teka-teki,” paparnya.

Sejatinya inflasi AS mereda dengan cepat selama tahun 2023 seiring dengan pulihnya masalah pasokan di era pandemi dan lonjakan harga pangan dan energi yang dipicu oleh perang di Ukraina, namun angka tersebut masih lebih tinggi dari target bank sebesar 2%.

Kenaikan harga minyak dalam beberapa bulan terakhir juga telah mendorong biaya energi lebih tinggi, sementara harga sektor jasa belum menunjukkan tanda-tanda stabil.

(Feby Novalius)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement