Selanjutnya yang kedua, keluarnya aliran investasi asing dari negara berkembang karena meningkatnya risiko geopolitik.
"Investor juga mencari aset yang aman baik emas dan dollar AS sehingga rupiah bisa saja melemah hingga 17.000 per dollar," ungkap Bhima.
Kemudian yang ketiga, kinerja ekspor Indonesia ke timur tengah, afrika dan eropa akan terganggu menyebabkan pertumbuhan ekonomi akan melambat di kisaran 4,6-4,8% tahun ini.
Terakhir yang keempat, konflik tersebut dapat menimbulkan dorongan inflasi karena naiknya harga energi sehingga tekanan daya beli masyarakat bisa semakin besar.
"Rantai pasok global yang terganggu perang membuat produsen harus cari bahan baku dari tempat lain, tentu biaya produksi yang naik akan diteruskan ke konsumen," pungkas Bhima.
(Kurniasih Miftakhul Jannah)