Dalam langkah tidak biasa, Spirit berencana mengurangi jadwal Oktober hingga Desember hampir 20 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, yang menurut analis akan membantu menaikkan tarif.
Namun, langkah ini disebut akan lebih menguntungkan pesaing daripada Spirit. Analis dari Deutsche Bank dan Raymond James mengatakan bahwa Frontier, JetBlue, dan Southwest akan mendapat manfaat terbesar karena memiliki banyak kesamaan rute penerbangan dengan Spirit.
Spirit juga terganggu oleh perbaikan wajib pada mesin Pratt & Whitney, memaksa maskapai mengandangkan puluhan jet Airbusnya. Spirit menyebut penarikan ini seiring dengan merumahkan para pilot mereka. Demikian seperti dilansir VOA Indonesia.
Armada pesawat yang relatif muda membuat Spirit menjadi target akuisisi yang menggiurkan. Frontier Airlines mencoba bergabung dengan Spirit pada 2022 tetapi dikalahkan oleh JetBlue.
Namun, Departemen Kehakiman Amerika Serikat menggugat untuk membatalkan kesepakatan $3,8 miliar tersebut, mengatakan itu akan menaikkan harga bagi pelanggan Spirit yang bergantung pada tarif rendah, dan hakim federal mengabulkannya pada Januari. JetBlue dan Spirit membatalkan merger dua bulan setelahnya.
Kebangkrutan maskapai Amerika Serikat biasa terjadi pada 1990-an dan 2000-an, ketika maskapai-maskapai bersaing ketat, biaya tenaga kerja tinggi, dan lonjakan harga bahan bakar. PanAm, TWA, Northwest, Continental, United, dan Delta tersapu. Beberapa dilikuidasi, yang lain menggunakan hukum untuk merundingkan ulang utang seperti sewa pesawat dan terus terbang.
Kebangkrutan terakhir maskapai besar Amerika Serikat selesai ketika American Airlines keluar dari perlindungan Bab 11 dan bergabung dengan US Airways pada Desember 2013.
(Dani Jumadil Akhir)