6. Indonesian Rupiah (IDR)
Rupiah mengalami depresiasi sebesar 3,09% pada tahun 2024. Perlambatan pertumbuhan ekonomi di kuartal II dan III, Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) massal menjadi faktor utama yang memengaruhi kepercayaan investor terhadap ekonomi Indonesia.
7. Uzbekistan Som (UZS)
Som Uzbekistan melemah akibat inflasi tinggi, tingkat pengangguran yang signifikan, dan masalah struktural seperti korupsi. Kendala ini terus membebani pertumbuhan ekonomi negara tersebut.
8. Guinean Franc (GNF)
Franc Guinea mengalami penurunan nilai sejak konflik politik di tahun 1990-an. Meskipun sempat menunjukkan tanda pemulihan, kerusuhan militer dan inflasi yang terus-menerus menjadikan mata uang ini tetap berada dalam posisi lemah.
9. Paraguayan Guarani (PYG)
Guarani Paraguay menghadapi tekanan akibat inflasi dan pengangguran yang kronis, diperburuk oleh masalah korupsi dan peredaran uang palsu. Kondisi ini membuatnya termasuk dalam daftar mata uang dengan nilai terendah.
10. Malagasy Ariary (MGA)
Ariary Madagaskar berada di posisi terakhir dalam daftar ini. Nilainya terus melemah akibat bencana alam, ketidakstabilan politik, dan dampak krisis keuangan global. Tingginya inflasi dan minimnya minat investasi asing memperburuk kondisi ekonomi negara tersebut.
Pelemahan mata uang suatu negara dapat berdampak besar terhadap perekonomian, terutama bagi negara yang bergantung pada impor. Situasi ini juga mencerminkan tantangan yang dihadapi negara-negara tersebut dalam menjaga stabilitas ekonomi dan politik domestik.
(Kurniasih Miftakhul Jannah)