Dampak lain juga terlihat pada imbal hasil Surat Berharga Negara (SBN) yang meningkat seiring memanasnya perang dagang antara AS, China, Kanada, dan Meksiko. Namun, Sri Mulyani menyebut posisi Indonesia masih lebih baik dibandingkan negara lain.
"Pada 2024, yield kita berada di 6,8 persen untuk SBN tenor 10 tahun dan end of period-nya di 7 persen," kata dia.
Dia memperkirakan asumsi yield SBN tahun ini berada di angka 7 persen, dengan realisasi pada akhir Februari sebesar 6,8 persen dan 6,98 persen secara year to date (ytd).
"Tahun 2025 diawali dengan kondisi yang tidak mudah dan tidak biasa. Ini menjadi tantangan bagi perekonomian global, termasuk Indonesia," pungkas Sri Mulyani.
Dengan meningkatnya ketidakpastian global, Sri Mulyani juga menyoroti peran blok ekonomi alternatif seperti BRICS yang semakin berkembang sebagai respons terhadap kebijakan proteksionisme AS.
Meskipun demikian, dia menegaskan bahwa langkah-langkah yang diambil AS tetap memiliki dampak besar terhadap perekonomian dunia.
(Dani Jumadil Akhir)