Sementara itu, pendapatan penerbangan tidak berjadwal mencapai USD333,75 juta atau naik 15,87 persen dari tahun 2023. Pertumbuhan tersebut salah satunya dikontribusikan oleh angkutan charter yang mencatatkan lonjakan hingga 101,06 persen menjadi USD106,27 juta, dari tahun sebelumnya sebesar USD52,86 juta.
Adapun aspek pendapatan lainnya turut tumbuh signifikan sebesar 25,79 persen menjadi USD340,37 juta dibandingkan pada tahun sebelumnya yang ditunjang oleh kinerja anak usaha perseroan, di antaranya GMF AeroAsia yang menyumbang pendapatan pemeliharaan dan perbaikan pesawat sebesar USD102,71 juta, dengan peningkatan 18,54 persen, serta Aerowisata yang berhasil mencatatkan pendapatan biro perjalanan sebesar USD40,96 juta, atau meningkat signifikan sebesar 37,12 persen.
Di sisi lain, pendapatan lain-lain─bersih mengalami penurunan drastis hingga 77,39 persen, dikarenakan pada tahun 2023 perseroan mencatatkan sejumlah extra-ordinary item di antaranya gain from bonds retirement dan pendapatan restrukturisasi anak perusahaan, sementara transaksi serupa tidak terjadi di tahun 2024.
Lebih lanjut, pencatatan pembalikan impairment asset di tahun 2024 mencatatkan jumlah yang jauh lebih rendah bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
“Kondisi makro ekonomi mulai dari isu rantai pasokan, dampak fluktuasi selisih kurs, pengaruh geopolitik dan kompetisi yang semakin ketat di industri transportasi udara, merupakan beberapa tantangan yang dihadapi oleh maskapai penerbangan di seluruh dunia dalam mempertahankan kinerja keuangan positif,” ujar Wamildan.
(Taufik Fajar)