JAKARTA - Direktur Utama PT Global Mediacom Tbk (BMTR) Hary Tanoesoedibjo menyatakan saat ini tengah dikembangkan teknologi yang mampu menghubungkan penonton televisi ke layanan streaming di ponsel genggam.
Hary Tanoe menjelaskan layanan ini memungkinkan pengguna bisa tetap menikmati konten yang sebelumnya di layar televisi untuk dipindahkan ke streaming tanpa memutus konten. Targetnya, para pengguna bisa tetap menikmati konten televisi melalui layanan streaming dimanapun berada.
"Kita sebut ini connect TV, isitilah kita sendiri. Kalau diperhatikan, di kanan bawah layar (televisi) ada QR Code, jadi kalau di scan otomatis akan ke streaming. Misal saya lagi nonton bola di RCTI, terus ada janji mau keluar, saya tidak usah keluar, saya tinggal scan, kemudian otomatis di divert ke OTT kita. Sehingga saya bisa lanjut nonton di mobil, continue watching, tanpa putus," ujarnya dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) BMTR di Jakarta, Selasa (30/6/2025).
Lebih jauh, Hary Tanoe menjelaskan konsep ini telah dipatenkan di dalam negeri. Ke depannya perseroan berencana untuk menjual lisensinya sebagai sumber pendapatan baru. Bahkan, konsep ini rencananya juga akan dipatenkan di luar negeri.
"Jadi untuk continue watching dari TV atau PTV ke streaming atau channel OTT kita, ada RCTI+ dan Vision+. Jadi ini baru pertama kali di dunia, kita sekarang mencoba melangkah ke luar negeri untuk mematenkan ini juga," tambahnya.
Pada kesempatan itu, Hary Tanoe menjelaskan segmentasi penonton di layanan streaming punya potensi cukup besar. Hal ini disebabkan karena sudah mulai banyaknya masyarakat yang memiliki ponsel dan lebih banyak memanfaatkan layanan streaming ketimbang layanan PTV atau TV FTA.
"Makanya karena melihat keadaan seperti itu, OTT kita segmennya kita tambahkan. Tadinya di dominasi male, yang sebelumnya terkenal di sport, tapi kita tambah juga di female, dan terus ke program anak-anak," tambahnya.
"Jadi tahun 2025 ini banyak sekali perubahan-perubahan yang kita lakukan untuk menyesuaikan dengan keadaan yang terjadi. Kalau tidak, tidak mungkin bisa bersaing dengan kompetisi yang semakin luar biasa dengan kondisi ekonomi yang relatif bisa dikatakan bisa menurun," pungkasnya.
(Taufik Fajar)