Manfaat bendungan ini tidak hanya terbatas pada pengairan dan air baku. Bendungan Budong-Budong juga berperan penting dalam pengendalian banjir di wilayah-wilayah rawan seperti Topoyo, Karossa, dan Budong-Budong sendiri. Dengan fungsi reduksi debit banjir hingga 60 persen, proyek ini diyakini akan melindungi kawasan pemukiman dan lahan pertanian dari risiko bencana hidrometeorologi yang kerap terjadi setiap tahun.
Lebih lanjut, bendungan ini juga didesain multifungsi dengan potensi energi terbarukan. Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMh) dengan kapasitas 0,6 megawatt (MW) dibangun sebagai bagian dari sistem bendungan, yang diharapkan dapat menambah pasokan energi bersih di wilayah tersebut. Hal ini sejalan dengan agenda transisi energi nasional menuju sumber daya yang lebih ramah lingkungan.
Di luar fungsi teknisnya, proyek ini juga membuka peluang pengembangan ekonomi lokal. Kawasan sekitar bendungan dinilai memiliki potensi besar untuk dikembangkan sebagai destinasi wisata air dan ekowisata. Pemerintah daerah bersama masyarakat tengah menggagas pemanfaatan area sekitar bendungan untuk sektor pariwisata berbasis komunitas, yang dapat memberdayakan pelaku UMKM, ekonomi kreatif, dan sektor informal lainnya.
Dengan selesainya pembangunan Bendungan Budong-Budong, Brantas Abipraya menegaskan perannya sebagai mitra strategis pemerintah dalam memperkuat infrastruktur dasar yang menyokong ketahanan nasional. Ke depan, bendungan ini diharapkan tidak hanya menjadi solusi terhadap ancaman kekeringan, tetapi juga pemicu pertumbuhan ekonomi baru bagi masyarakat Sulawesi Barat dan sekitarnya.
“Setiap infrastruktur yang kami bangun harus memberikan manfaat jangka panjang, bukan hanya dalam hal teknis tapi juga sosial dan ekonomi. Bendungan Budong-Budong adalah simbol kolaborasi dan masa depan berkelanjutan untuk Sulawesi Barat,” katanya.