Sementara itu, Penasihat Hukum Perusahaan G7 Group SP.Z.O.O, Rogowski Wojciech Marek menyampaikan optimismenya terhadap masa depan kerja sama ini. Dia menilai Indonesia memiliki potensi besar menjadi pemain utama di pasar biomassa global.
“Permintaan biomassa dunia terus meningkat, dan Indonesia memiliki semua faktor untuk menjadi pemimpin pasar. Bahkan sebelum MoU ini ditandatangani, Kami sudah menyiapkan langkah strategis untuk mengamankan pangsa pasar,” ungkap Rogowski.
Dia menambahkan bahwa pabrik Empty Fruit Bunch (EFB) pellet atau pellet tandan buah kosong pertama yang dikembangkan bersama akan mulai beroperasi pada Februari 2026, dengan target produksi awal sebesar 120.000 ton per tahun, dan akan diikuti oleh lima pabrik tambahan dengan kapasitas serupa atau lebih besar.
“Saya yakin kapasitas ekspor biomassa secara keseluruhan mencakup EFB pellet, Palm Kernel Shell (PKS) atau Cangkang Inti Sawit, wood pellet dan jenis biomassa lainnya sangat mungkin mencapai 3 juta ton per tahun dalam beberapa tahun ke depan. Kolaborasi dengan perusahaan milik negara seperti PLN EPI memberikan kepercayaan dan kredibilitas besar di pasar internasional,” kata Rogowski.