JAKARTA - Di tengah isu kenaikan harga telur di sejumlah daerah, para peternak menegaskan tidak ada kenaikan harga di tingkat peternak. Harga telur ditingkat peternak saat ini tetap stabil di angka Rp24.000-Rp26.500 per kilogram, sesuai harga acuan pemerintah.
Bahkan produksi nasional berada dalam kondisi surplus sehingga tidak ada alasan pasokan menjadi penyebab kenaikan di pasar.
Ketua Presidium Pinsar Petelur Nasional, Yudianto Yosgiarso, menyatakan seluruh peternak ayam petelur di Indonesia masih menjual telur pada harga stabil dan berada di bawah batas acuan.
“Saat ini kami menjual dalam koridor Kisman Rp24.000–Rp26.500. Tidak pernah naik. Jadi kalau harga di pasar melonjak, ya pertanyaannya, siapa yang bermain?,” kata Yudianto dikutip di Jakarta, Kamis (20/11/25).
Lebih lanjut, Yudianto mengatakan produksi telur nasional berada pada kisaran 6,4 hingga 6,5 juta ton dan produksi ini masih surplus.
Untuk mendukung program Makan Bergizi Gratis (MBG), peternak diminta meningkatkan produksi hingga 700 ribu ton secara bertahap dan mereka siap memenuhinya.
“Produksi aman, surplus ada. Tidak ada kekhawatiran pasokan. Kami siap mendukung program nasional,” tuturnya.
Dia menambahkan stabilnya harga telur tidak terlepas dari kebijakan Mentan Amran. Bantuan SPHP jagung sejak Oktober disebut sangat membantu peternak menekan biaya pakan komponen terbesar dalam produksi telur.
“SPHP jagung sangat membantu dan kami berharap berlanjut untuk menjaga stabilitas di Desember dan Januari,” pungkasnya.
(Taufik Fajar)