Dari sisi kontraktor, KPP Mining menyatakan kesiapan penuh untuk mendukung rencana ekspansi produksi IATA hingga 10 juta ton per tahun. Proyek Arthaco Prima Energy dinilai memiliki struktur biaya yang kompetitif dan relatif tahan terhadap tekanan harga batu bara global yang fluktuatif.
Direktur Utama KPP Mining Wahyu Widaryanto mengatakan pengalaman KPP dalam mengelola tambang berskala besar menjadi modal utama dalam mendukung peningkatan produksi. “Sebenarnya KPP sudah menambang di Sumatera, dan salah satu pengembangannya adalah Arthaco ini. Tambang ini memiliki sensitivitas biaya yang bagus sehingga cukup tahan terhadap tekanan harga batu bara dunia yang mutatif,” ujarnya.
Ia menegaskan KPP Mining siap mendukung peningkatan produksi secara signifikan. “Kalau targetnya 7 juta ton kami siap, bahkan kalau menjadi 10 juta ton juga siap. Kami punya site dengan produksi hingga 40 juta ton per tahun, jadi dari sisi kesiapan operasional tidak ada kendala. Kalau pertumbuhannya naik tahun depan, kami siap mendukung,” kata Wahyu.
Sebagai informasi, PT MNC Energy Investments Tbk merupakan entitas anak MNC Group yang bergerak di sektor perdagangan dan investasi energi, khususnya batu bara. Perseroan mengelola sejumlah konsesi tambang di Musi Banyuasin dengan total luas lebih dari 44 ribu hektare dan potensi sumber daya mencapai 1,4 miliar metrik ton.
Sementara itu, PT Kalimantan Prima Persada (KPP Mining) adalah perusahaan jasa pertambangan terintegrasi di bawah grup Astra yang memiliki portofolio proyek batu bara, emas, dan nikel di berbagai wilayah Indonesia.
(Taufik Fajar)