Sementara itu, aset tumbuh 0,9% menjadi Rp17,924 triliun dipicu kenaikan utang bank jangka pendek sebesar 14,04% menjadi Rp4,14 triliun.
Patut diperhatikan, arus kas digunakan untuk aktivitas operasi mencapai Rp205 miliar. Tahun ini, emiten farmasi plat merah ini menargetkan pendapatan tumbuh 11% menjadi Rp 14,26 triliun dibandingkan tahun 2021 yang sebesar Rp 12,85 triliun.
Direktur Produksi dan Supply Chain Kimia Farma, Andi Prazos pernah bilang, target pertumbuhan pendapatan tersebut seiring adanya perbaikan-perbaikan kinerja yang terjadi di hampir semua industri farmasi akibat adanya perubahan-perubahan dari beberapa produk yang akan diserap pasar.
"Dengan demikian, KAEF juga akan melakukan hal yang sama. Kita sudah sampaikan beberapa antisipasi dan inovasi untuk meng-grab pendapatan di tahun ini karena pasti ada perubahan beberapa produk yang diserap pasar sehubungan dengan sudah turunnya Covid-19 di Indonesia," jelas Andi.
Selain menargetkan pertumbuhan pendapatan 2022, Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko Kimia Farma Lina Sari juga mengatakan bahwa perseroan siap menjadi perusahaan global pada tahun 2025 dan perusahaan farmasi nomor satu di Indonesia serta memiliki 10 produk inovasi FMCG terbaik.
Adapun strategi yang disiapkan, lanjutnya, antara lain dengan mengembangkan dan mengakselerasi produk BBO sebagai salah satu ketahanan bahan baku nasional dan mengurangi ketergantungan impor.
(Taufik Fajar)