Santosa menjelaskan, sebagai seorang pemimpin maka CEO harus mempersiapkan diri untuk melakukan invovasi. Menurutnya, ketika inovasi tersebut berhenti dan menyebabkan perusahaan tersebut stagnan, maka pemimpin tersebut harus direview kembali.
"Di mana-mana memang seperti itu, di Wall Street ketika di slow down, sudah diberi kesempatan enggak berhasil, ya memang harus diganti. Kalau sudah jadi CEO, itu pasti bounding dengan strategic, kayak bayi kita, kita suka mikir masa sih gagal, tapi kalau seperti itu, taruhan kita makin besar karena penasaran, akhirnya bangkrut beneran," katanya.
"Karena itu, komisaris, pemegang saham harus lihat, kapan orang ini harus diganti. Pemimpin yang bagus, pasti punya keyakinan. Ketika sudah ambil keputusan, tidak ada yang bisa belokin, kita harus yakin ini arahnya. Kalau salah, maka harus dicabut diganti orang yang tidak punya ikatan, sehingga masih bisa berpikir jernih," jelas dia.
(Fakhri Rezy)