JAKARTA - Industri bubur kertas (pulp) dan kertas Indonesia diproyeksi tumbuh 3-4% per tahun seiring peningkatan ekspor. Hal ini membuat peluang industri kertas nasional untuk menduduki peringkat kelima di dunia menjadi sangat besar.
“Produk kertas kita dari tahun ke tahun meningkat, namun harganya akhir-akhir ini mengalami penurunan sehingga devisa kita sedikit turun. Meski demikian, permintaan pasar kertas dan pulp dunia masih meningkat 2%. Kita memproyeksikan pertumbuhan 3-4% per tahun,” ujar Ketua Umum Asosiasi Pulp dan Kertas Indonesia (APKI) Aryan Warga Dalam seusai acara pengukuhan kepengurusan APKI 2017 di Jakarta.
Aryan melanjutkan, peluang industri pulp dan kertas untuk menduduki peringkat kelima juga didukung oleh ada keunggulan kompetitif, yaitu letak geografis, potensi luas izin hutan tanaman industri (HTI), dan kecepatan tumbuh pohon sebagai sumber bahan baku yang terbarukan.
Industri pulp dan kertas memberikan kontribusi terhadap devisa negara sekitar USD5,3 miliar pada 2015. Pada tahun yang sama, Indonesia menduduki peringkat keenam dunia untuk produksi kertas serta peringkat ke-10 untuk produksi pulp .
Dirjen Industri Agro Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Panggah Susanto mengatakan, posisi industri pulp dan kertas nasional cukup terkemuka di dunia internasional. Saat ini Indonesia menempati peringkat kesembilan sebagai produsen pulp terbesar di dunia, sedangkan industri kertasnya menduduki peringkat keenam.