Namun, menurut dia, usulan tersebut terkendala biaya karena dipastikan akan ada pembengkakan besaran investasi yang melebihi patokan awal, yaitu Rp60 triliun.
"Itu bukan pembengkakan, kalau pakai teknologi yang sama tapi lebih mahal, baru itu ada pembengkakan," ujarnya.
Baca juga: Bangun Kereta Cepat, China Gelontorkan Rp62 Triliun untuk Konektivitas Wilayah Barat Daya
Dia juga meminta pihak Jepang, dalam hal ini, Badan Kerja Sama Internasional Jepang (JICA) dan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) untuk melakukan pengkajian ulang karena hasil prastudi kelaikan yang dinilai masih terlalu mahal dari hitungan awal.
"Melengkapi studi yang sebelumnya saja, kalau layang terus-menerus 'kan mahal sekali dibandingkan perlintasan sebidang," ucapnya.
Baca juga: Bitcoin Meroket 55% Sepanjang November, Berhenti di USD9.600