Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Ambisi China Wujudkan Kota Spons

Koran SINDO , Jurnalis-Minggu, 31 Desember 2017 |10:31 WIB
Ambisi China Wujudkan Kota Spons
(Foto: Reuters)
A
A
A

BEIJING - Jakarta dan kota-kota besar di Tanah Air yang selalu berurusan dengan banjir, perlu meniru apa yang dilakukan kota-kota di China.

Untuk menghadapi ancaman bencana hidrologi itu pemerintah Negeri Tirai Bambu saat ini tengah menerapkan konsep ”kota spons”. Konsep kota spons sebenarnya hampir sama dengan kota hijau. Dalam konsep kota spons, sirkulasi air hujan akan diimitasi. Air hujan akan dibiarkan terserap ke dalam tanah atau tumbuhan.

Satu di antara caranya ialah menanam tumbuhan di permukaan bangunan, memperbanyak pori-pori termasuk di jalanan, dan menggali parit di sisi jalan raya sehingga air hujan dapat tertampung. Selain itu, kota juga dilengkapi danau atau embung untuk menyimpan air.

Pemerintah China serius mewujudkan kota spons. Sejak diluncurkan pada 2015, China menarget konsep kota spons diterapkan di 30 kota seperti Shanghai, Wuhan, dan Xiamen. Pada 2020 mendatang China berharap 80% wilayah urban akan menyerap dan menggunakan sedikitnya 70% air hujan.

Seperti dilansir China Daily, sampai sekarang kota-kota itu telah menerima anggaran lebih dari USD12 miliar (Rp162,8 triliun). Dana yang dikeluarkan pemerintah pusat sekitar 15- 20%, sisanya berasal dari pemerintah lokal atau perusahaan swasta. Nanhui New City di Pudong, Shanghai, akan menjadi kota spons paling besar.

Dalam dua tahun terakhir pemerintah kota mengha biskan USD119 juta untuk menanam tumbuh-tumbuhan di atap gedung, membangun tanah basah untuk gudang air hujan, dan mengonstruksi jalan ber pori yang dapat ditembus air (permeable). Shanghai menerapkan konsep itu dengan skala mencapai 4,3 juta kaki persegi. Pada April perusahaan utilitas Suez Environment mulai me masang sistem drainase baru sepanjang tujuh mil persegi di Chong qing.

Otoritas terkait pemerintah lokal dapat mengawasi got dan gorong-gorong secara real time untuk memitigasi risiko banjir melalui sensor yang di pasang. Hal itu diungkapkan Suez di situs resmi mereka. Sebagian besar proyek pembangunan di China kini tidak boleh keluar dari konsep ”hijau”.

Tanah basah dan bioswales menja di suatu kewajiban. Taman Yanweizhou di Jinhua, China Timur, yang dibuka pada 2014 juga memiliki konsep anti-banjir. Taman itu berfungsi sebagai tempat penadah air hujan sehingga kota tidak banjir. Dalam foto yang di publikasikan Business Insider, Taman Yan weizhou tampak digenangi air ketika Jinhua mengalami hujan yang sangat deras, sedangkan kota di sekitarnya dapat terbebas dari genangan air.

Dengan struktur yang terdiri atas tanah dan pepohonan, air tersebut akan terserap seiring dengan bergulirnya waktu. Namun, proyek kota spons tidak sepenuhnya berjalan mulus. Berdasarkan China Institute of Water Reseources and Hydropower Research, institusi di bawah Kementerian Sumber Daya Air, proyek itu menghadapi tantangan seperti kurangnya material hijau. Model perencanaan juga terlalu homogen dan tidak spesifik.

Selain itu, China sedang berada di tengah pertumbuhan krisis utang di daerah-daerah sehingga aliran dana untuk proyek itu sedikit terhambat. Namun, mereka tetap optimistis. ”Meskipun banyak tantangan, peluang untuk membangun lingkungan urban yang lebih aman, hijau, dan holistis tetap ada,” ungkap institut tersebut.

Halaman:
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement