JAKARTA - Indonesia berhasil mengekspor sekitar 1.053 ton sarang burung walet ke seluruh negara di dunia pada tahun 2017. Dengan capaian tersebut cukup mengokohkan Indonesia sebagai salah satu negara pengekspor sarang burung terbesar di dunia.
Ketua Umum Perkumpulan Pengusaha Sarang Burung Indonesia (PPBSI) Boedi Mranata mengatakan dari total jumlah tersebut, 52 ton di antaranya diekspor menuju Cina. Jumlah tersebut mengalami peningkatan setiap tahunnya dari 14 ton pada tahun 2015 , meningkat menjadi 26 ton pada tahun 2016 lalu 52 ton pada tahun 2017.
Menurut Boedi, meskipun relatif meningkat setiap tahunnya, jumlah ekspor sarang burung ke Cina masih relatif lebih kecil jika dibandingkan dengan ekspor ke negara lainnya seperti Vietnam, Hongkong hingga Singapura. Pasalnya, Indonesia belum maksimal dalam mengolah produk jadi dari sarang burung walet.
"Tadinya kan kita ikuti sistem perdagangan yang ada sudah ada. Makanya kita akan terus perbesar ekspor yang terstandar ini. Kalau itu diterima makin besar, orang akan lihat makin baik, otomatis pemain yang ekspor ke mana-mana akan lari ke sana juga. Memang masih kecil, tapi kebanyakan itu produk ekspor ke negara Vietnam hingga Hongkong itu diolah dan dikirim lagi ke China," ujarnya saat ditemui di Novotel Mangga Dua Square, Jakarta, Jumat (2/3/2018).
Menurut Budi, industri sarang burung bisa terus tumbuh dan bisa berkontribusi terhadap pendapatan negara. Apalagi harga sarang burung dunia dijual cukup mahal yakni dikisaran USD1.500-2.000.
Artinya jika berdasarkan perhitungan rata-rata kualitas terendah maka total nilai ekspor sarang burung Indonesia bisa mencapai USD1,5 miliar. Angka tersebut didapatkan dari jumlah total ekspor 1.053 ton dikalikan dengan harga sarang burung dunia terendah yakni USD1.500.
"Kalau nilai ekspor China saja itu USD87,4 juta atau setara Rp1,18 triliun. Kalau harganya tergantung kualitas tapi di kisaran USD1.500-2.000," jelasnya.