JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat terjadi inflasi pada Maret 2018 sebesar 0,20%. Adapun inflasi tahun kalender Maret adalah 0,99%. Sementara, inflasi tahunan Februari 2018 sebesar 3,4% year on year (yoy).
Kepala BPS Kecuk Suhariyanto mengatakan, yang berpengaruh besar terhadap inflasi adalah dari bahan makanan, transportasi, dan sandang.
Inflasi untuk bahan makanan 0,14% dengan memberikan andil sebesar 0,05%, terutama pada harga bumbu-bumbuan.
"Cabai merah mengalami kenaikan harga sehingga menyumbang paling besar sebesar 0,07%, lalu bawang merah dan bawang putih masing-masing 0,04%," ujar Kecuk di kantor BPS, Senin (2/4/2018).
Baca Juga: Menanti Data Inflasi Maret, Beras dan BBM Bisa Jadi Biang Kerok
Kecuk menjelaskan, kenaikan harga komoditas terutama pada bumbu-bumbuan karena faktor cuasa sehingga bumbu-bumbuan mengalami kenaikan harga.
"Komoditas bumbu-bumbuan mengalami kenaikan harga, dan cabai rawit 0,02%. Dan beberapa sayuran yang kontribusinya 0,01%," sambungnya.
Dia berharap menjelang puasa ini harga komoditas stabil sehingga inflasi pun bisa terkendali.
Sebelumnya, Kecuk mengatakan, inflasi Maret 2018 lebih tinggi dari Maret 2017 yang mengalami deflasi sebesar 0,02%, dan juga lebih tinggi dibandingkan dengan Maret 2016 yang mengalami inflasi 0,19%.
"Kalau kita lihat perkembangan harga komoditas Maret menunjukan kenaikan. Hasil pemantauan BPS di 82 menunjukkan terjadi inflasi 0,20%. Terkendali," ujar Kecuk.
Baca Juga: BPS: Inflasi Maret 2018 Sebesar 0,20%
Kecuk mengatakan dengan memperhatikan target inflasi yang dipasang di APBN sebesar 3,5% maka angka 3,4% terbilang terkendali.
Dari 82 kota tersebut, sebanyak 57 kota mengalami inflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Kota Jayapura mencapai 2,10% dan inflasi terendah ada di Kota Sumenep sebesar 0,01%.
Sementara sisanya sebanyak 25 kota mengalami deflasi.Pantauan BPS menyebut, deflasi tertinggi ada di Kota Taul sebesar 2,3% dan deflasi terendah di Kota Bulukumba sebesar 0,01%
(Dani Jumadil Akhir)