Kendati demikian, Hariyadi menilai, meski terprediksi namun pelemahan ini kurang diantisipasi. Sebab, dengan menengok ekonomi AS yang diprediksi terus mengalami perbaikan, tentu sudah diketahui hal itu akan berdampak pada pelemahan mata uang negara lainnya, termasuk Indonesia.
"Kita kurang antisipasi menyiapkan segala sesuatunya. Dan sebetulnya kita sudah warning, ini terlihat dari gejala pelemahan di sektor ritel, terjadi pelemahan di industri, kan mengalami penyusutan juga, dibanding tahun sebelumnya kontribusi stagnan," jelasnya.
Baca juga: Rupiah Dibuka Nyaris Tembus Rp14.000/USD
Oleh sebab itu, meski kondisi makroekonomi Indonesia cenderung terjaga, namun tetap perlu mengantisipasi faktor global. Perbaikan nilai tukar Rupiah, menurutnya akan terjadi secara alamiah. Seiring dengan kondisi ekonomi global, terutama AS.
"Jadi memang kita harus berhati-hati, bahwa walaupun kita kuat (makroekonomi) tapi dilapangan itu faktor global itu cukup dominan," imbuhnya.