Lebih lanjut dia menjelaskan, investor juga akan mencermati pemilihan presiden tahun depan, untuk memastikan keberlangsungan proyek infrastruktur di Indonesia tetap berlanjut. Risiko dalam penawaran ini adalah alasan WIKA menerbitkan perpetual bond karena rasio utang yang sudah di limit atas. Namun menurut Eric risiko gagal bayar berkurang karena WIKA adalah perusahaan BUMN.
Baca Juga: 311 Tukang Bangunan RI Garap Proyek di Malaysia hingga Aljazair
Sebagai informasi, pada aksi korporasi tersebut, BNI Sekuritas, Danareksa Sekuritas, Mandiri Sekuritas, dan RHB Sekuritas mendapat mandate sebagai joint arrangers untuk perpetual bond Wijaya Karya. Sedangkan bertindak sebagai agen pemantau adalah Bank CIMB Niaga. Kustodian Efek Indonesia (KSEI) dalam hal ini bertindak sebagai agen pembayar. Asal tahu saja, perpetual bond dipilih karena WIKA membutuhkan pendanaan yang cepat dibandingkan menunggu laba ditahan atau retained earnings yang harus diakumulasi terlebih dahulu.
Selain itu, instrumen ini dipilih untuk menjaga rasio utang karena dana segar yang diterima perusahaan tidak dicatatkan ke saldo utang, melainkan ke ekuitas perusahaan. Perpetual bond kali ini merupakan bagian dari rencana Wijaya Karya memperkuat ekuitas hingga Rp63 triliun pada tahun 2023. Total perpetual bond yang akan diterbitkan hingga lima tahun ke depan sebesar Rp10 triliun.
(Feby Novalius)