JAKARTA - Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso menyatakan, tahun 2018 diwarnai dengan berbagai perkembangan ekonomi, pasar keuangan dan politik yang cukup dinamis, baik di tingkat global maupun domestik. Kondisi ini pun memberikan tekanan tersendiri pada kinerja pasar modal sejak bulan Mei tahun ini.
Kendati demikian, berbagai kebijakan pemerintah untuk memperkuat fundamental ekonomi nasional dan menjaga confident pelaku pasar juga investor, dinilai Wimboh, sangat dirasakan oleh industri pasar modal Indonesia. Selain itu upaya mendorong perekonomian juga dilakukan OJK dengan berbagai kebijakan di pasar modal.
"Hal ini untuk meningkatkan peran pasar modal dalam menyediakan pembiayaan pembangunan dan kebutuhan pembiayaan bagi korporasi serta usaha kecil dan menengah," kata Wimboh dalam penutupan perdagangan BEI 2018 di Gedung BEI, Jakarta, Jumat (28/12/2018).
Baca Juga: Jumlah Perusahaan IPO Terbanyak Sejak 1992, Presiden Jokowi: Ini Patut Kita Syukuri
Wimboh menyebutkan, pada tahun ini terdapat 24 emiten sektor infrastuktur yang melakukan fund raising melalui pasar modal. Adapun total nilai emisi Rp28,05 triliun, penerbitan KIK-EBA terkait infrastruktur dengan nilai sekuritisasi sebesar Rp7,44 triliun, EBA-SP dengan total nilai sekuritisasi Rp3,57 triliun, serta KIK-DIRE dengan nilai sekuritisasi sebesar Rp0,62 triliun.
Dia juga menambahkan, kebijakan peningkatan likuiditas pasar pun dilakukan dengan mempercepat penyelesaian transaksi di pasar mod, dari T+3 menjadi T+2. "Kami mencatat rata-rata volume harian meningkat 37,47% dari 9,2 miliar transaksi menjadi 12,8 miliar transaksi dan rata-rata nilai transaksi naik 26,96% dari Rp8,1 triliun menjadi Rp10,2 triliun," jelasnya.