“Kita lihat kuartal I/2019 ada deflasi. Itu menggambarkan harga cukup stabil sehingga konsumsi akan tetap terjaga pada angka 5%. Itu penting kalau kita ingin momentum pertumbuhannya di atas 5%,” ujarnya.
Proyeksi pertumbuhan ekonomi global yang mengalami pelemahan disertai pertumbuhan perdagangan internasional yang juga melemah sudah diperingatkan sejak akhir 2018. Apabila Indonesia ingin mencapai pertumbuhan yang tetap tinggi, di atas 5%, maka perlu meyakinkan sumber-sumber pertumbuhan di dalam negeri tetap bisa menjadi mesin pertumbuhan yang kuat.
“Investasi, konsumsi, goverment spending, itu semuanya harus mampu menjalankan fungsinya,” ucap Menkeu. Untuk ekspor, kata Sri, Indonesia masih berpeluang karena ASEAN dan beberapa emerging countries di Asia seperti Filipina, Bangladesh, dan Pakistan mengalami pertumbuhan ekonomi yang cukup baik dan memiliki pasarnya cukup besar.
Baca Juga: Sri Mulyani Ungkap 3 Daya Tarik RI dalam Menggaet Investor
Selain meningkatkan ekspor, pemerintah melalui berbagai kebijakan juga berupaya menekan impor melalui program mandatori biodiesel 20% (B-20) dan substitusi impor agar momentum pertumbuhan ekonomi bisa dijaga.
Perdagangan Bernilai Tambah
Menteri Perdagangan (Mendag) Enggartiasto Lukita menyatakan siap menghadapi berbagai tantangan global dan domestik yang akan memengaruhi kinerja perdagangan saat ini. Untuk itu, Kemendag akan meningkatkan perdagangan yang bernilai tambah dan berdaya saing ditingkat global guna mencapai target kinerja sektor perdagangan selama 2019.
Salah satunya memanfaatkan transaksi dagang secara online yang menjadi pasar baru. Enggartiasto menyebutkan, nilai transaksi perdagangan elektronik Indonesia tumbuh 49% per tahun pada periode 2015-2018 dan nilainya mencapai USD27 miliar pada 2018.
“Daya saing digital Indonesia masih perlu ditingkatkan. Produk UMKM Indonesia harus menjadi tuan rumah diplatform niaga elektronik lokal,” ujarnya. Berikutnya, pengembangan perdagangan luar negeri yang terpadu akan berkontribusi pada peningkatan partisipasi Indonesia dalam rantai nilai global (global value chain /GVC).
Mendag menekankan bahwa fokus pemilihan industri menjadi kunci penting bagi peningkatan ekspor produk bernilai tambah. Chief Economist BNI Kiryanto secara prinsip mendukung gagasan Jokowi membentuk kementerian baru.
Masalah struktural Indonesia adalah defisit transaksi berjalan (current account deficit/CAD) yang terus bertahan mendekati 3% dari Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia. Hal ini tidak dapat dibiarkan terus-menerus, dengan alasan apapun.