JAKARTA - Ketidakpastian perekonomian global banyak mempengaruhi dinamika nilai tukar Rupiah pada 2018. Ketidakpastian tersebut dipengaruhi oleh berlanjutnya kenaikan Federal Funds Rate (FFR) dan ketidakpastian pasar keuangan global.
Mengutip dari Laporan Bank Indonesia mengenai Perekonomian Indonesia 2018, nilai tukar Rupiah pada 2018 secara merata melemah 6,05% (yoy) ke level Rp14.246 per per USD dari Rp13.385 per USD pada 2017. Secara point-to-point (ptp), nilai tukar Rupiah melemah 5,65% dan ditutup di level Rp14.380 per per USD pada akhir 2018.
Penguatan dolar AS ini memberikan pengaruh terhadap harga dunia soybean meal sebagai bahan baku pakan ternak yang terus mengalami kenaikan yang signifikan sekitar 20% sampai dengan pertengahan tahun 2018, namun setelah itu mengalami penurunan hingga pada level harga awal tahun 2018.
Industri peternakan khususnya peternakan unggas mengalami pertumbuhan yang cukup baik walaupun masih cukup fluktuatif di tahun 2018 dan memberikan tantangan tersendiri bagi para pelaku bisnis. Antara lain tidak diperkenankannya menggunakan Antibiotic Growth Promoter (AGP) dalam kegiatan budi daya unggas, sehingga berpengaruh pada produktivitas unggas dan biaya produksi.
Baca Juga: Emiten Dituntut Terapkan Pedoman Standar Akuntansi Baru