Ia mengatakan saat ini SKK Migas tengah berdiskusi langsung dengan Chevron dan Pertamina untuk melakukan yang pertama, asset integrity pipeline, yaitu penggantian pipa-pipa lama.
”Fokus berikutnya adalah bagaimana caranya supaya drilling tambahan bisa dilakukan dan dimulai tahun ini atau tahun depan. Kemudian EOR bisa dimulai, karena itu program jangka menengah dan panjang jadi bisa secepatnya dilakukan,” kata Jaffee.
Sebagaimana diketahui, penunjukan Pertamina sebagai operator Blok Rokan telah dilakukan pada 31 Juli 2018. Penetapan tersebut didasari dengan signature bonus yang disodorkan Pertamina sebesar USD784 juta atau sekitar Rp11,3 triliun dan nilai komitmen pasti lima tahun pertama sebesar USD500 juta atau Rp7,2 triliun.
Blok Rokan termasuk blok migas yang bernilai strategis. Produksi migas Blok Rokan menyumbang 26% dari total produksi nasional. Blok yang memiliki luas 6.220 kilometer itu memiliki 96 lapangan, tiga lapangan menghasilkan minyak sangat signifikan, yaitu Lapngan Duri, Lapangan Minas, dan Lapangan Bekasap.
Blok Rokan dikelola Pertamina melalui anak usaha PT Pertamina Hulu Rokan. Setelah kontrak PSC ditandatangani, Pertamina secara hukum sudah diperbolehkan melakukan pembiayaan maupun investasi saat masa transisi kontrak.
(Dani Jumadil Akhir)