Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Polemik Kurir Sepeda dari Pekerja Migran dan Pedang Bermata Dua Gig Economy

Agregasi BBC Indonesia , Jurnalis-Senin, 22 Juli 2019 |14:50 WIB
Polemik Kurir Sepeda dari Pekerja Migran dan Pedang Bermata Dua <i>Gig Economy</i>
Rappi Kurir Sepeda (BBC)
A
A
A

Di seluruh dunia, imigran meraih keuntungan dari perekonomian yang berbasis tenaga kerja kontrak. Tapi para pakar menyebut perusahaan rintisan seperti Uber dan Lyft dapat menjadi pedang bermata dua."Di satu sisi, gig economy begitu fantastis bagi imigran karena ini memungkinkan mereka datang ke suatu negara dan bekerja keesokan harinya tanpa menghabiskan waktu untuk mencari lowongan," kata Kirsten Schnbruch dari International Inequalities Institute di London School of Economics.Pada sisi lainnya, ada kecemasan tentang betapa rentannya para pekerja dalam sistem ekonomi ini: jam kerja panjang, tidak ada jaminan kerja serta tak terhubung langsung dengan jaminan sosial.Rappi mnyebut kurir mereka sebagai penyedia jasa independen. Mereka menerima asuransi kecelakaan kerja, tapi tak mendapat jaminan kesehatan dan pensiun.Rappi beralasan, kurir mereka terhubung dengan aplikasi rata-rata selama 12 jam selama satu minggu. Kebanyakan dari mereka menambah penghasilan sampingan setelah menuntaskan pekerjaan siang hari.Platform lainnya yang menggunakan sistem gig economy, antara lain Uber, juga digunakan dengan tujuan yang sama.Pekerjaan dalam sistem gig economy tidak menawarkan perkembangan karier. Akibatnya, imigran berada di ujung pasar tenaga kerja."Dengan upah rendah, tidak mungkin mereka bisa berinvestsi untuk pendidikan. Pekerjaan ini tidak berdampak pada mobilitas sosial," kata Guataqui.Guataqui melihat Rappi sebagai program darurat ketenagakerjaan untuk imigran Venezuela di Kolombia.Mengintegrasikan pekerja melalui sistem informal tidak mengharuskan mereka membayar pajak. Karena mereka bekerja mandiri, banyak dari mereka tidak melaporkan pendapatan mereka ke pemerintah.Caruso, dari Bank Dunia, menyebut situasi itu dapat mempengaruhi kemampuan Kolombia menuai keuntungan dari imigrasi dalam jangka panjang.Felipe Munoz, otoritas Kolombia yang ditugasi mengelola krisis imigran, menyebut menyampurbaur pekerja asal Venezuela adalah langkah kunci. Ia berkata, idealnya setiap orang dapat berkontribusi pada sistem jaminan sosial.Namun Munoz mengakui tujuan itu hingga kini ma sih berupa tantangan besar."Kami tidak naif. Kami tahu sejumlah kawasan memiliki sektor informal yang tinggi, jadi kami melihat fenomena ini sebagai hal positif, bahwa Rappi dan perusahaan lainnya membantu pemerintah membuka lapangan pekerjaan sehingga imigran setidaknya dapat bekerja."

(Fakhri Rezy)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement