Meski begitu, pakar ekonomi, akademisi, lembaga swadaya di bidang migrasi serta belasan kurir Rappi, Capotal yakin bahwa mayoritas pekerja perusahaan itu di Bogota dan kota di negara lain seperti Argentina, merupakan warga Venezuela.Keterangan itu memperkuat premis bahwa Rappi secara tidak langsung meraup keuntungan dari krisis yang menyebabkan 1,3 juta warga Venezuela hijrah ke Kolombia. Bank Dunia menyebut para imigran yang membutuhkan pekerjaan itu menyebabkan upah di Kolombia jatuh.Rappi membantah kajian tersebut. "Sama sekali tidak benar. Kami sangat bangga mempekerjakan orang Venezuela, tapi tetap akan berada di posisi ini tanpa mereka," kata salah satu pendiri Rappi, Simon Borrero.
Baca juga: 140 Pinjaman Online Ilegal Ditutup
"Kami tidak berencana mempekerjakan mereka karena upah murah," tuturnya.Bagaimanapun, beberapa pakar menilai krisis Venezuela turut mendorong perkembangan pesat Rappi. Secara global, imigran menjadi bagian besar dari model ekonomi berbasis tenaga kontrak.Namun dalam konteks Kolombia, ada kekuatan yang secara tiba-tiba mengubah pasar tenaga kerja."Tidak benar mereka membayar pekerja Venezuela lebih rendah ketimbang karyawan Kolombia atau mereka mengurangi biaya kirim setelah kedatangan para imigran," kata Cristobal Perdomo, pendiri Jaguar Venture, firma modal ventura yang menganalisa bisnis Rappi tahun 2016."Yang saya yakin terjadi, jika mereka membayar 50 peso per pengantaran setahun atau dua tahun lalu, mereka dapat tetap pada harga itu dan terus mempekerjakan karyawan asal Venezuela," ujar Perdomo.
Baca juga:Menkominfo Sebut Perkembangan Fintech Mati Satu Tumbuh Seribu
Di sisi lain, Simon Borrero mengkonfirmasih bahwa ongkos jasa pengiriman perusahaannya tidak naik sejak tahun 2018. Dia menyebut perubahan harga tak dibutuhkan karena Rappi memperbesar basis pelanggan mereka.Artinya, kata Borrero, setiap kurir mengangkut lebih banyak barang kiriman dan ada pendapatan yang lebih besar. Ia berkata, pengiriman per kurir rata-rata meningkat 11%.Juan Carlos Guataquí, guru besar ekonomi di Rosario University, Kolombia, menyebut pekerja asal Venezuela memainkan peran vital."Jika tidak terjadi migrasi dari Venezuela, akankah warga Kolombia bekerja di Rappi? Mungkin iya. Tapi gelombang migrasi memberi Rappi akses ke pasar tenaga kerja yang lebih murah ketimbang Kolombia, karena imigran butuh pekerjaan," ujarnya.Apakah besaran upah terdampak?Memasukkan warga Venezuela ke pasar tenaga kerja bukanlah pekerjaan mudah bagi pemerintah Kolombia yang bergulat dengan persoalan dalam negeri setelah selama beberapa dekade dikecamuk konflik sipil.Tahun 2017, mereka menerbitkan izin kerja agar orang-orang Venezuela dapat bekerja secara sah. Terbit pula registrasi formal sehingga pekerja asing itu dapat mengakses sistem jaminan kesehatan dan pendidikan.Kebijakan itu dianggap sebagai kemurahan hati Kolombia dan sama sekali tidak diduga dapat muncul di negara yang memiliki tingkat kemiskinan tinggi, kata Michael Lerner pejabat UNHCR, Michael Lerner.Pasar tenaga kerja pun berusaha menyerap gelombang kedatangan pekerja Venezuela. Di Kolombia, hampir setengah pekerja tidak memiliki kontrak kerja. Akibatnya, para pendatang bakal sulit mendapatkan pekerjaan formal.
Lerner berkata, 10% dari pekerja asal Venezuela di Kolombia bekerja di atas kontrak resmi. Namun menurut kajian Universitas Rosario dan Konrad Adenauer Foundation (KAS), hanya 0,7% imigran Venezuela yang bekerja secara formal di Kolombia. Adapun, 45% pekerja asal Venezuela lainnya bergiat di sektor informal."Izin kerja yang sebagian besar mereka miliki hanya berlaku dua tahun, sementara pemberi kerja tidak mau mempekerjakan orang yang hanya untuk waktu singkat," kata Maria Clara Robayo, salah satu penulis dalam penelitian tersebut."Bahkan ketika mereka mendapat izin itu, mereka juga masih sulit membuka rekening bank atau meneken kontrak kerja," tutur Robayo.Xenophobia di satu sisi, kata berperan dalam kerumitan ini, kata Guataqui dari Universitas Rosario.Menurutnya, Kolombia tidak terbiasa menghadapi imigran. Artinya, mayoritas pemberi kerja lebih senang menerima tenaga lokal.