NEW YORK - Kurs dolar AS menguat pada akhir perdagangan Selasa (Rabu pagi WIB), mendekati level tertinggi lima minggu terhadap sekeranjang mata uang lain, setelah Presiden Donald Trump dan anggota parlemen AS mencapai kesepakatan dua tahun mengangkat batas atau pagu pinjaman pemerintah untuk menutupi pengeluaran.
Mengutip laman antaranews, Jakarta, Rabu (24/7/2019), Departemen Keuangan AS sekarang dapat meningkatkan pinjaman jangka pendek untuk membangun kembali tumpukan uang tunai yang telah turun menjadi sekitar USD195 miliar dari USD423 miliar pada akhir April, kata analis Morgan Stanley.
Baca juga; Dolar dan Euro Kompak Bergerak Melandai
Peningkatan pinjaman AS akan mengurangi uang dalam sistem perbankan, yang dipandang akan mendukung greenback.
"Kelebihan cadangan akan menurun, mendukung pinjaman (dolar)," ahli strategi Morgan Stanley, Hans Redeker, Gek Teng Khoo dan Sheena Shah menulis dalam sebuah catatan penelitian.
Baca juga: Trump Ingin Dolar AS Lebih Melemah, Apa Alasannya?
Daya tarik dolar mendapat dorongan setelah Dana Moneter Internasional (IMF) menaikkan perkiraan pertumbuhan AS pada 2019 sambil menurunkan prospek pertumbuhan globalnya. Dukungan juga datang dari laporan Bloomberg bahwa negosiator AS akan menuju China pada Senin (29/7/2019) untuk pembicaraan perdagangan tatap muka.
Pada akhir perdagangan AS, indeks yang melacak greenback terhadap euro, yen, sterling dan tiga mata uang utama lainnya naik 0,47 persen pada 97,716. Menyentuh 97.718, level tertinggi dalam sekitar lima minggu.
Baca juga: Dolar AS Kian Menguat Ditopang Kenaikan Penjualan Ritel
Euro melemah secara luas karena investor bersiap untuk berita stimulus baru dari Bank Sentral Eropa (ECB). Pasar uang telah memangkas taruhan pada penurunan suku bunga deposito 10 basis poin, tetapi analis memperkirakan pedoman dovish dan kemungkinan syarat yang lebih murah hati untuk pinjaman multi-tahun yang direncanakan.
"Pasar memiliki keraguan dalam ECB menjaga sumber dayanya yang terbatas minggu ini, kekuatan pendorong di belakang euro yang lebih rendah," kata Joe Manimbo, analis pasar senior di Western Union Business Solutions di Washington.