JAKARTA - Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN) atau Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) mengungkapkan bahan baku untuk obat masih menjadi salah satu penyumbang impor tertinggi. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, impor bahan baku keshatan berada di angka sekitar 90%.
Direktur Kesehatan Gizi Masyarakat Kementerian PPN/Bappenas Pungkas Bahjuri Ali mengatakan, sebagian besar bahan baku obat masih merupakan produk impor. Oleh karena itu, dirinya berharap ada pabrik bahan baku obat yamg ada di Indonesia.
Baca Juga: Redam Impor Tekstil, Pemerintah Bakal Revisi Aturan
“Kita berharap bahan baku obat dapat diproduksi di Indonesia. Selain untuk penyediaan bahan baku yang lebih efisien, juga untuk mendukung pengembangan industri farmasi dalam negeri,” ujarnya dalam sebuah diskusi dk Jakarta, Selasa (10/8/2019).
Menurut Pungkas, ketersedian produk farmasi, terutama obat dan vaksin, yang cukup di dalam negeri sangat diharapkan untuk menurunkan pengeluaran pemerintah. Ini juga sangat berpengaruh terhadap harga jual dari obat itu sendiri.
“Selama ini, kita masih belum mampu membiayai keseluruhan kebutuhan obat dan vaksin di dalam negeri. Oleh karena itu kita masih perlu mendatangkannya dari luar negeri. Dalam kondisi demikian, efisiensi harga menjadi pertimbangan yang sangat penting,” jelasnya.
Apalagi menurut Pungkas kebutuhan akan vaksi, terus meningkat Terutama dengan adanya berbagai jenis penyakit yang sangat efektif dicegah oleh vaksin.
Baca Juga: Impor RI Capai USD14,2 Miliar, Turun 15%
“Sebagai contoh, untuk menekan angka kematian bayi kita perlu pencegahan pneumonia dan diare. Dan ini vaksin yang belum menjadi bagian dari pengembangan vaksin ke depan, jika kita ingin menekan angka kematian bayi secara serius,” jelasnya.
Sementara itu, Ekonomi kesehatan dari Universitas Padjadjaran Auliya Suwantika menjelaskan Indonesia menempati peringkat ketujuh, negara dengan angka kematian bayi berusia di bawah lima tahun akibat pneumonia. Data memperlihatkan rata-rata kematian akibat penyakit pneumonia terhadap anak di bawah 5 tahun mencapai 25.000 orang per tahunnya. Kematian akibat penyakit pneumonia menyumbang 17% dari total kematian anak di bawah lima tahun.