JAKARTA - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memperkirakan pembiayaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2019 yang berasal dari utang hingga akhir tahun akan mengalami kenaikan dari yang ditargetkan.
Sri Mulyani mencatat, perkiraan pembiayaan utang hingga akhir 2019 mencapai Rp373,9 triliun. Nilai tersebut mengalami peningkatan 4,06% dari target dalam APBN 2019 yang sebesar Rp359,3 triliun.
Baca juga: Anggarannya Paling Besar, Penyerapan Kementerian PUPR Paling Rendah
Meski utang kian bertambah, namun Bendahara Umum Negara itu menilai, besaran angka tersebut masih terjaga di kisaran 30% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Masih di bawah batas minimum yang ditetapkan sebesar 60% dari PDB.
Dia menekankan, rasio utang itu pun masih jauh lebih rendah dibandingkan negara-negara Asia lainnya. Seperti Jepang yang rasio utangnya mencapai 200% dari PDB, Singapura 113,6% dari PDB, dan Malaysia yang sebesar 55,6% dari PDB.
Baca juga: Rapat Perdana dengan DPR, Sri Mulyani Bahas Realisasi APBN 2019
"Tingkat rasio utang Indonesia dibanding negara-negara lainnya, bahkan negara maju cukup baik dan rendah. Rasio ini akan kami jaga supaya reputasi dan keberlanjutan APBN terjaga," kata dia dalam rapat kerja dengan Komisi XI di Gedung DPR RI, Jakarta, Senin (4/11/2019).
Sri Mulyani pun menyatakan, pemerintah ke depannya akan terus mengelola utang dengan prinsip kehati-hatian. Prinsip tersebut bahkan telah membuat imbal hasil (yield) dari Surat Berharga Negara (SBN) tenor 10 tahun mengalami penurunan dari 16% menjadi 6,6%.