NEW YORK - Dolar AS masih melemah pada akhir perdagangan Kamis, karena data tenaga kerja menguat. Dolar AS juga tertekan euro yang mendekati level tertinggi, setelah Bank Sentral Eropa menyatakan kekhawatiran inflasi tetap menjadi fokus.
Klaim pengangguran awal mingguan AS turun. Begitu juga dengan jumlah PHK yang turun ke level terendah dalam lebih dari 24 tahun.
Namun meningkatnya kasus Covid-19 dalam beberapa pekan , membuat Federal Reserve tidak menarik kembali stimulus besarnya.
Baca Juga:Â Dolar Kian Tertekan Data Tenaga Kerja AS
“Itu lebih baik dari yang diharapkan, tetapi itu tidak cukup untuk mengubah pandangan siapa pun tentang apa yang sedang terjadi, atau kecepatan penurunan atau berapa angka hari Jumat. Itu hanya dalam kisaran perkiraan,” kata Kepala Penelitian Investasi BDSwiss, Marshall Gittler, dilansir dari Reuters, Jumat (3/9/2021).
Sebenarnya Dolar AS telah melemah karena ketidakpastian kebijakan Fed. Ketua Fed Jerome Powell mengatakan bahwa pengurangan stimulus dapat dimulai tahun ini, namun bank sentral tidak akan terburu-buru melakukannya.
"Mereka sudah cukup banyak memakukan warna mereka ke tiang, mereka mengatakan kecuali jika semua terjadi, mereka akan mulai meruncing tahun ini, jadi kita harus melihat kesalahan besar atau mungkin beberapa kesalahan besar bagi mereka untuk menundanya," kata Gittler.
Baca Juga:Â Dolar AS Jatuh, Harga Bitcoin Naik 0,49%
Indeks dolar AS pun turun 0,303% pada 92,229, setelah jatuh ke level 92,219 atau terendah sejak 5 Agustus.
Sementara itu, euro naik 0,31% menjadi USD1,1874. Inflasi naik 3% di zona euro sepanjang Agustus, sehingga membantu mendorong euro ke level tertinggi satu bulan di USD1,8745, tertinggi sejak 4 Agustus.