JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi 4,35% pada Juni 2022 atau tertinggi sejak 2017. Laporan inflasi pun menjadi sentimen negatif Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
Research Analyst RHB Sekuritas Indonesia, Muhammad Wafi mengatakan, keluarnya data inflasi hari ini mengejutkan bagi investor yang membuat ada aksi jual sehingga Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun dari 1%.
"Tapi kalau melihat dari sisi volume transaksi yang relatif lebih rendah sebenernya data tersebut juga tidak benar-benar mengejutkan sekali. Kami sendiri memperkirakan untuk tahun 2022 di satu tahun penuh inflasi berada di kisaran 3,5%," ujar Wafi dalam IDX 2nd Session Closing, Jumat (1/7/2022).
Baca Juga:Â IHSG Kebakaran 1,7% ke 6.794 pada Akhir Perdagangan
Kemudian Wafi melihat dari data bahwa di bulan ini menjadi puncaknya, karena di semester II akan berangsur terjadi penurunan.
"Jadi kita bisa ambil kesimpulan dari data inflasi yang keluar hari ini sebenernya kembali lagi meyakinkan tesis kami bahwa kelihatannya Bank Indonesia akan menaikkan suku bunganya di semester kedua yang terjadi di bulan September dan Desember," jelas Wafi.
Baca Juga:Â IHSG Sesi I Nyaris Anjlok 1% ke 6.846
Jika BI tidak menaikkan suku bunganya, Wafi berpendapat akan terjadi risiko. Itu akan membuat Rupiah menjadi rentan terhadap US Dollar.
"Risiko yang kedua adalah dengan munculnya angka inflasi hari ini, kalau BI tidak menaikkan suku bunganya, inflasi akan melebihi target pemerintah, di akhir tahun bisa jadi di atas 4 persen sih," katanya.
Follow Berita Okezone di Google News