Adapun untuk dampak sosial ekonomi dan pembangunan digital ecosystem di desa, lanjut Wewy, akan ikut membantu pertumbuhan ekonomi digital di Indonesia. Google, Temasek, dan Bain & Company dalam laporan bertajuk ‘e-Conomy SEA’ memproyeksikan ekonomi digital Tanah Air bisa mencapai USD77 miliar pada 2022.
Nilainya terus meningkat hingga USD130 miliar pada 2025 dan diprediksi pada 2030 akan tumbuh tiga kali lipat senilai USD220-360 miliar.
“Melalui Viberlink, kami berharap dapat meningkatkan pemberdayaan ekonomi digital terutama wilayah desa pelosok, baik untuk kegiatan pendidikan, pertanian, maupun industri kreatif sehingga mampu berkembang pesat,” ucapnya.
Tahun ini, perseroan optimis dapat meningkatkan kinerja positif dengan menargetkan laba kotor sebesar Rp800 Juta.
Adapun kontribusi pendapatan terbesar YELO, berasal dari penjualan data internet dan produk digital di pasar domestik.
Kedua produk tersebut merupakan strategi bisnis YELO dalam mengatasi turunnya angka penjualan akibat pandemi Covid-19.
Diketahui, untuk melanjutkan kinerja positif di tahun 2022, baru-baru ini YELO telah menyelesaikan kesepakatan dengan menambah kepemilikan saham di PT Telemedia Komunikasi Pratama (Digital ISP) yang sebelumnya 49% menjadi 99%.
Melalui langkah korporasi ini, YELO makin berkomitmen dalam pengembangan digital ecosystem berbasis connectivity di Indonesia.
Serta perseroan juga fokus menggarap internet cepat berbasis fiber optic di desa maupun kota di wilayah tier-2 dan tier-3. YELO menilai, kebutuhan internet di pasar dalam negeri cenderung meningkat tajam selama pandemi khususnya di daerah terpencil yang kurang mendapatkan akses internet.
(Zuhirna Wulan Dilla)