JAKARTA – PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL) alias Mitratel bakal 1.800 menara telekomunikasi milik PT Indosat Tbk (ISAT). Sebelumnya MTEL berhasil mengakuisisi fiber optic sepanjang 6.012 km senilai Rp 603 miliar.
“Kami tertarik dengan rencana Indosat menjual menara telekomunikasi. Tetapi, sejauh ini, belum ada pengumuman resmi dari Indosat,” kata Direktur Investasi dan Sekretaris Perusahaan Mitratel Hendra Purnama dilansir dari Harian Neraca, Selasa (27/12/2022).
Hendra menegaskan, perseroan berminat untuk meminang sejumlah menara telekomunikasi yang produktif dan potensial. Selain itu, Mitratel memiliki kemampuan finansial yang cukup untuk mengakuisisi menara Indosat. Hingga kini, belum ada estimasi nilai penjualan 1.800 menara Indosat. Namun, rencana penjualan aset itu sudah terendus para pelaku pasar.
Pada kuartal tiga 2022, Mitratel membukukan pendapatan Rp 5,6 triliun atau tumbuh 11,5% dibandingkan periode yang sama tahun lalu Rp5,02 triliun. Lonjakan pendapatan itu mendorong laba bersih Mitratel ikut terkerek naik 18,1% menjadi Rp1,22 triliun dibandingkan sebelumnya Rp1,03 triliun. Selain itu, pertumbuhan perusahaan yang konsisten berhasil mencatatkan EBITDA (earning before interest, taxes, depreciation) meningkat menjadi 15,7%.
Follow Berita Okezone di Google News
Hingga kuartal III 2022, Mitratel tercatat total memiliki 35.051 tower telekomunikasi, setelah perseroan mengakuisisi 6.000 tower milik PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel) beberapa waktu lalu. Mitratel, lanjut Teddy, memiliki leverage rendah dan tanpa eksposur terhadap risiko nilai tukar mata uang asing. Perseroan cukup tangguh terhadap eksposur makro ekonomi dengan catatan net-debt to EBITDA 1,7 kali tingkat kandungan dalam negeri (TKDN) 100% dan seluruh utang dalam mata uang rupiah.
Dalam laporan riset, BRI Danareksa Sekuritas mencatat, pemenang di industri menara telekomunikasi adalah pihak yang mampu melakukan akuisisi. Saat ini, PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR) atau SMN memiliki rasio utang bersih terhadap EBITDA sebesar 4 kali. Ini membuat ruang perseroan untuk mengakuisisi menara secara terbatas.
“Kami tidak berharap margin EBITDA SMN dan PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) bisa membaik, karena tenancy ratio mencapai 1,8 kali,” tulis sekuritas itu.
Sementara itu, tenancy ratio Mitratel lebih rendah, hanya 1,44 kali, sehingga potensi kolokasi ke depan masih besar. Selain itu, tambahan 6.000 menara dari Telkomsel sangat atraktif, karena bisa menarik satu atau dua tambahan penyewa. Di luar itu, BRI Danareksa menilai, neraca Mitratel sangat solid karena rasio utang terhadap EBITDA lebih rendah dibandingkan pesaing. Pada titik ini, emiten berkode saham MTEL tersebut akan menjadi pemenang divestasi 1.800 menara Indosat, yang kabar itu tengah berembus kencang.
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis Okezone.com tidak terlibat dalam materi konten ini.