JAKARTA - Panas bumi menjadi salah satu sumber energi terbarukan yang bisa dikembangkan di Indonesia. Namun banyak tantangan bagi investor yang mau memulai bisnis panas bumi atau geothermal di Tanah Air.
Pengamat Energi yang juga mantan anggota Komisi VII DPR RI, Kurtubi mengungkapkan, kendala pengembangan panas bumi muncul dari berbagai dimensi. Untuk itu harus banyak pendekatan komprehensif yang mesti dilakukan.
Baca Juga:Â Hitung-hitungan Bisnis Panas Bumi dan PLTA di Indonesia, Lebih Cuan Mana?
Misalnya di Bali, project geothermal gagal karena banyaknya penolakan warga setempat.
“Di Bali, geothermal dianggap merusak lingkungan setempat. Dengan demikian, ada faktor sosiologis yang perlu diperhatikan oleh perseroan,” ujar Kurtubi, Senin (6/3.2023).
Kemudian mayoritas pasokan listrik di wilayah rencana pengembangan PLTP seperti Jawa-Madura-Bali dan Sumatra juga masih mengalami oversupply atau kelebihan pasokan.
Baca Juga:Â IPO PGE Lepas 25% Saham, Pemerintah Masih Jadi Pengendali
Untuk itu, dibutuhkan rencana yang cerdas terkait ekspansi PLTP. Pasalnya tak hanya kelebihan pasokan saja yang menjadi isu, tapi juga lokasi WKP (Wilayah Kerja Panas Bumi) yang jauh dari calon pelanggan industri dan rumah tangga serta membutuhkan extra cost untuk membangun infrastruktur distribusi atau transmisi listrik.
Follow Berita Okezone di Google News