Di antara berbagai faktor tersebut, tambahnya, digitalisasi Pertamina berpengaruh sangat signifikan, karena mampu meningkatkan efisiensi perusahaan di berbagai lini bisnis.
"Dengan digitalisasi, kualitas semakin terkontrol, distribusi terkontrol. Yang berkualitas buruk dan tidak efektif pun akan terpantau sehingga bisa segera dibuang. Dengan demikian efisiensi semakin meningkat dan mengatrol pula laba perusahaan," ujarnya.
Namun, lanjutnya, beberapa faktor lain bisa jadi juga berpengaruh terhadap kinerja Pertamina termasuk perubahan regulasi dengan para mitra di luar negeri sehingga berpengaruh pula terhadap pendapatan di setiap transaksi.
Kinerja Pertamina sepanjang 2022, menurut dia sangat positif, didukung efisiensi yang terus meningkat, BUMN energi tersebut meraih laba Rp56 triliun, yang merupakan terbesar sepanjang sejarah.
Selain itu pada tahun lalu Pertamina juga mampu membayar pajak Rp219,06 triliun atau meningkat 88% dibandingkan tahun sebelumnya.
“Apresiasi memang harus diberikan kepada Pak Menteri BUMN Erick Thohir dan juga Pertamina. Karena semakin besar keuntungan, semakin besar juga kontribusi kepada negara,” ujar Izaac.
(Zuhirna Wulan Dilla)