Merujuk data BPS dan Kementerian Perdagangan, dari 19 harga komoditas bahan pangan yang terdapat di kalkulator warteg di atas, komoditas dengan lonjakan inflasi paling tinggi dalam satu dekade yakni kentang dan telur.
Harga kentang kini sekitar Rp18.000 atau meningkat 90% dibanding 10 tahun lalu. Sementara, harga telur per kilogram melonjak hingga 75%, tercatat sekitar Rp30.000 per akhir Mei 2023. Untuk periode yang sama, harga beras naik sekitar 34%
Tantangan lain yang dihadapi para penjual warteg adalah tingginya harga sewa rumah atau kontrakan untuk lokasi berjualan. Faktor ini pula yang menentukan kenaikan harga menu warteg.
Survei BBC menunjukkan harga sewa kontrakan beragam mulai dari Rp200.000 hingga Rp5 juta sebulan. Harga paling murah ditemukan di Bogor dan Jakarta Utara. Sementara, paling mahal yakni di bilangan Ciracas dan Duren Sawit, Jakarta Timur.
"Harga sewa kontrakan mahal, maka harga jual nasi warteg juga naik. Nasi ayam di Setiabudi [Jakarta Selatan] bisa sampai Rp17.000 sampai Rp20.000 karena harga kontrakan mahal, beda dengan di Bekasi yang [harga sewa kontrakan] masih murah," kata Ketua Koperasi Warteg Nusantara yang juga pemilik warteg di Bekasi, Mukroni, pada BBC.
Hal senada diucapkan Warto yang mengaku harga kontrakan kini terbilang mahal.
"Yang naik signifikan cenderung harga sewa kontrakan, bukan harga belanjaan sebetulnya, taruhlah sekitar 5% - 10%," ungkap Warto.
Alhasil, Warto harus mengatur keuangannya supaya semua biaya operasional dapat tertutup oleh hasil penjualan.
Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Rusli Abdullah, mengurai alasan inflasi barang dan jasa yang tak bisa dihindarkan.
Pertama, inflasi bahan pangan. Inflasi ini dipicu banyak hal seperti kondisi cuaca, fenomena pola iklim seperti El Nino, meningkatnya permintaan pada saat hari besar keagamaan atau perayaan tertentu, dan keadaan geopolitik.
Hujan yang terus-menerus melanda atau kekeringan ekstrem lantaran El Nino bisa menyebabkan petani gagal panen.