Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Kisah Batu Minto hingga Kutukan, Prasasti Bersejarah dari Malang yang Ada di Rumah Bangsawan Inggris

Dani Jumadil Akhir , Jurnalis-Rabu, 16 April 2025 |17:37 WIB
Kisah Batu Minto hingga Kutukan, Prasasti Bersejarah dari Malang yang Ada di Rumah Bangsawan Inggris
Kisah Batu Minto hingga Kutukan, Prasasti Bersejarah dari Malang yang Ada di Rumah Bangsawan Inggris (Foto: Minto Village/BBC Indonesia)
A
A
A

Dari Lereng Gunung Arjuno ke Pekarangan Keluarga Minto

Menurut Adam Bobbette, pengambilan Prasasti Sangguran harus dilihat dalam konteks ambisi kolonial Inggris di abad ke-19.

Selama Perang Napoleon, British East India Company—kongsi dagang Inggris di Asia—memanfaatkan kesempatan untuk menginvasi Jawa demi menguasai kekayaan alam dan jalur perdagangan, kata Adam.

Rencana ini diatur oleh Lord Minto, Gubernur Jenderal India saat itu, yang kemudian menunjuk Thomas Stamford Raffles sebagai gubernur di Jawa pada 1812. Demikian dilansir BBC Indonesia.

Raffles percaya bahwa jika para ilmuwan Inggris bisa mempelajari masa lalu Jawa, mereka bisa "mengajarkan" sejarah itu kepada penduduk lokal—sebuah gagasan yang paternalistik dan merendahkan, kata Adam Bobette.

Dalam surveinya, Raffles mengumpulkan artefak, menjarah manuskrip Jawa dari Kesultanan Yogyakarta, dan di kemudian hari, mengirim dua prasasti penting ke luar negeri.

Salah satu orang kepercayaan Raffles, Mayor Jenderal Colin Mackenzie, seorang peneliti peta, dikirim ke Jawa Timur.

Di kaki Gunung Arjuno-Welirang, wilayah Malang, Mackenzie menemukan sebuah batu prasasti besar, berdiri seperti pelindung di tengah desa.

Menurut catatan yang kini tersimpan di British Library dan diceritakan ulang oleh para akademisi, batu itu kemudian diangkat dan dipindahkan atas restu Bupati Malang saat itu, Tumenggung Suradimanggala.

Tujuannya untuk dijadikan hadiah istimewa bagi Lord Minto, Gubernur Jenderal Inggris untuk India—yang sekaligus adalah atasan langsung Raffles kala itu.

"Prasasti yang mengagumkan ini akan saya kirimkan kepada Anda sebagai tanda penghormatan..."

Tahun itu juga, Prasasti Sangguran dimuat dalam peti dan dibawa melintasi laut.

Lord Minto, yang kemudian pensiun dan kembali ke kediaman keluarganya di Skotlandia menempatkan batu itu di halaman rumahnya di kawasan Roxburghshire.

Sementara satu prasasti lainnya—Prasasti Pucangan—yang juga diambil dalam periode yang sama, dikirim ke Kalkuta di India dan kini menjadi koleksi Museum India.

"Ini bukan sekadar pemindahan fisik, tapi pemisahan memori dari tanah dan rakyatnya," ujar Adam Bobbette dalam penelitiannya tentang geologi politik di Jawa.

Kini, lebih dari 200 tahun kemudian, batu itu masih teronggok di sana.

 

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement